Baca juga : Wisudawati Terbaik Anak Pengayuh Becak Beri Motivasi untuk Siswa Baru
Oleh karena itu, Raeni harus melewati proses wawancara dengan calon professor dan program director S3 hingga akhirnya mendapatkanUnconditional Offer Letter. Perjalanannya mencari beasiswa juga tidak mulus.
"Awalnya saya dinominasikan dalam shortlist beasiswa dari kampus, namun untuk Internasional Student tidak mengcover semua biaya. Jadi saya menyampaikan ke kampus bahwa saya tidak bisa menerima hanya partically funded," ujarnya.
Selanjutnya ia mencoba mendaftar Beasiswa Unggulan Dikti dan LPDP, yaitu beasiswa untuk dosen. Namun Raeni terkendala belum mempunyai Nomor Induk Dosen Nasional (NIDN). Raeni saat itu masih mempunyai Nomor Induk Dosen Khusus (NIDK) yang membuatnya tidak bisa mendaftar.
"Lalu saya mendaftar beasiswa lanjutan LPDP, awalnya belum diterima karena ada salah satu persyarakat yang belum memenuhi. Alhamdulillah, saya mendapatkan kesempatan untuk mendaftar lagi pada periode berikutnya dan lolos untuk direkomendasikan sebagai penerima beasiswa lanjutan dari magister ke doktoral LPDP,’’ papar Raeni.
Baca juga : Mugiyono, Si Pengayuh Becak yang Jadikan Putrinya Wisudawati Terbaik
Dalam persiapan menyambut keberangkatannya ke Inggris September nanti, Raeni banyak membaca jurnal-jurnal yang berhubungan dengan bidang studinya. Namun dia juga tidak melupakan quality time bersama keluarganya.
Pada pertengahan Februari lalu, Raeni pergi umrah bersama kedua orang tuanya. Bapaknya kini tidak lagi menarik becak. Melainkan menjadi penjaga malam dan mengantar jemput salah satu putri mantan Bupati Kendal berangkat ke sekolah.
Raeni sangat bersyukur sebab melalui pendidikan dan pekerjaan dia bisa mengangkat derajat keluarganya. Bahkan, dia masih ingat kalau dulu suka makan kecap dan kerupuk atau kecap dengan tempe, sesekali dengan telor.
Untuk makan daging, Raeni dan keluarganya biasanya menunggu saat lebaran. Tetapi, rasa syukur menjadikan setiap tahapan dalam kehidupan adalah nikmat yang tidak terhingga.