Mohon tunggu...
Kompas.com
Kompas.com Mohon Tunggu... Administrasi - Kompas.com

Kompas.com merupakan situs berita Indonesia terlengkap menyajikan berita politik, ekonomi, tekno, otomotif dan bola secara berimbang, akurat dan terpercaya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Myanmar-Bangladesh Sepakat Pindahkan Rohingya dari "Tanah Tak Bertuan"

21 Februari 2018   19:56 Diperbarui: 21 Februari 2018   20:08 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak-anak pengungsi Muslim Rohingya tengah menanti pembagian bantuan makanan di kamp pengungsian di Thankali, distrik Ukhia, Bangladesh.

DHAKA, KOMPAS.com - Pemerintah Myanmar dan Rohingya mengumumkan kesepakatan mereka terhadap nasib etnis Rohingya yang ada di perbatasan dua negara.

Pernyataan tersebut disampaikan Mohammed Abdul Kalam, Komisioner Bantuan dan Repatriasi Pengungsi Bangladesh Selasa (21/2/2018).

Dilansir CNN, dari hasil pertemuan Myanmar dan Bangladesh, Kalam berkata pemerintahan Aung San Suu Kyi bersedia menarik sekitar 6.000 orang Rohingya dari Tombru.

Tombru merupakan sebuah kawasan di antara Myanmar dan Bangladesh yang dikenal sebagai no man's land area, atau tanah tak bertuan.

Dalam argumentasinya, pemerintah Bangladesh menegaskan kalau Rohingya belum menginjakkan kaki di wilayah mereka.

Baca juga : Menteri Myanmar: Rohingya Harus Kembali atau Terima Konsekuensi

"Myanmar setuju untuk bertanggung jawab memulangkan dan menempatkan masyarakat Rohingya dari Tombru," kata Kalam.

Juru Bicara PBB, Andrej Mahecic menyatakan, orang Rohingya di Tombru masih terlalu takut untuk kembali ke Rakhine.

Sebab, mereka tidak mendapat jaminan keamanan, masa depan, dan perlindungan ketika pulang ke tempat asal mereka.

"Keputusan orang Rohingya untuk pulang tergantung mereka apakah sukarela atau tidak," kata Mahecic.

Dia melanjutkan, jika warga Rohingya memutuskan pulang, mereka harus mendapat informasi yang detil mengenai masa depan, maupun keselamatan mereka.

Sebelumnya, sekitar 700.000 orang Rohingya harus meninggalkan Rakhine setelah Myanmar menggelar operasi militer pada 25 Agustus 2017.

Organisasi kemanusiaan Dokter Lintas Batas (MSF) membeberkan, 6,700 orang tewas dalam sebulan pertama kerusuhan.

Bangladesh dan Myanmar kemudian mencapai kesepakatan untuk memulangkan Rohingya pada 23 November 2017.

Namun, Rohingya tidak begitu saja menerima kesepakatan itu, dan mengajukan tiga hal kepada pemerintahan Aung San Suu Kyi.

Di antaranya, pengakuan kewarganegaraan, pengembalian tanah, dan menjamin keamanan mereka ketika kembali ke Myanmar.

Tetapi, pada 22 Januari lalu, Bangladesh mengumumkan penundaan terhadap proses pemulangan Rohingya yang disepakati bakal selesai hingga dua tahun ke depan.

Baca juga : Pemerintah Myanmar Diduga Hancurkan Kuburan Massal Rohingya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun