Mohon tunggu...
Kompas.com
Kompas.com Mohon Tunggu... Administrasi - Kompas.com

Kompas.com merupakan situs berita Indonesia terlengkap menyajikan berita politik, ekonomi, tekno, otomotif dan bola secara berimbang, akurat dan terpercaya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Saya Hanya Keturunan Belanda, Mengapa Diusir dari Tanah Kelahiran Indonesia?"

9 Februari 2018   09:30 Diperbarui: 9 Februari 2018   13:45 860
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Yvone saat tiba di rumah masa kecilnya di Kampung Boton Kota Magelang, belum lama ini.

Bertahun-tahun dia hanya hidup berdua dengan ayahnya, hingga menikah dan berkeluarga di kawasan Rotterndam, Belanda.

Selama itu pula Yvone masih menyimpan kebencian amat mendalam dengan orang-orang yang mengaku "pribumi" itu. Bahkan, mengingat atau mendengar nama Indonesia saja dia enggan.

(Baca juga : Pribumi dan Politik Populisme)

Kesedihan Yvone tak sampai di situ. Dia masih kerap menjumpai orang-orang yang mengolok-olok dirinya sebagai warga negara penjajah.

"Kalau ketemu orang Indonesia, masih sering ada yang mengatakan kalau kami (orang Belanda) itu penjajah. Menyiksa orang Indonesia 300 tahun. Saya sedih sekali," katanya sampil menepuk dada.

Meski menyimpan dendam, sejujurnya hati kecil Yvone sangat merindukan tanah kelahirannya itu, serta sosok ibu dan dua adiknya. Sampai suatu hari, sekitar tahun 1988, suami Yvone bertemu dengan keluarga asal Kampung Paten, Kota Magelang di sebuah bengkel mobil di Belanda.

Yvone dan saudaranya ketika menemukan rumah masa kecilnya di kampung Boton, Kota Magelang, belum lama ini.
Yvone dan saudaranya ketika menemukan rumah masa kecilnya di kampung Boton, Kota Magelang, belum lama ini.
Menemukan Keluarga

Suaminya, Lucky, yang ternyata juga memilik darah Indonesia itu, berinisiatif untuk mempertemukan Yvone dengan keluarga tersebut. Yvone bahkan dibujuk suaminya agar mau bertemu mereka mengingat Yvone masih menyimpan kebencian.

"Saya dirayu, dibujuk, oleh suami saya, untuk bertemu mereka. Saya juga dipaksa supaya mau ke Indonesia (Kota Magelang) mencari rumah masa kecil saya, mama dan adik-adik, dengan pertolongan keluarga itu. Saya masih dendam saat itu, tapi akhirnya saya luluh...saya rindu rumah saya," ungkap Yvone.

Masih di tahun 1988, Yvone menguatkan diri terbang ke Indonesia menuju Kota Magelang. Dia dibantu keluarga asal Kampung Paten, mencari hingga dipertemukan dengan salah satu adiknya, Yulia Christine di Kampung Losmenan, Kota Magelang.

"Waktu bertemu (adik) serasa tidak percaya, dia ternyata masih ingat saya," ucapnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun