Baca juga: Saat Gerhana Bulan, Kesenian Tradisional Ini Pun Tarik Perhatian Warga Makassar
 Adapun tradisi mengejar raksasa dengan bunyi-bunyian itu diyakini sudah ada sejak awal abad ke-11 Masehi. Sebab, waktu itu diyakini terjadi fenomena gerhana. Hal itu ditunjukkan dengan bukti visual atau relief gerhana di Candi Belahan atau Candi Sumber Tetek di Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan.
 "Ada kemungkinan tradisi mengejar Rahu dengan menabuh bebunyian itu sudah ada waktu itu. Sayang, bukti visualnya (tradisi mengejar Batara Kala) kita belum dapat," tutur Dwi.
 Bagi masyarakat terdahulu, bulan purnama merupakan waktu yang istimewa. Sebab, penerangan pada malam hari masih terbatas.
 Dengan demikian, masyarakat sangat merasakan cahaya bulan yang bersinar penuh. Sehingga, terjadinya gerhana sangat dirasakan oleh masyarakat. Alam yang terang oleh cahaya bulan tiba-tiba gelap oleh gerhana.
Namun, tidak dengan saat ini. Masyarakat, khususnya yang hidup di perkotaan, sudah tidak begitu merasakan sinar bulan tersebut. Sebab, pencahayaan lampu sudah melebihi pancaran sinar bulan.
 "Dahulu bulan purnama itu merupakan momentum yang istimewa. Peristiwa yang ditunggu-tunggu. Ketika bulan ditelan oleh Rahu, sedihlah masyarakat itu. Sebab, malam yang harusnya terang menderang jadi gelap gulita," ungkapnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI