JAKARTA, KOMPAS.com - Pilkada Jawa Barat 2018 menjadi salah satu kontestasi demokrasi terpanas tahun ini di Indonesia. Persaingan tak cuma terjadi antar mesin partai politik, tapi juga antar tokoh yang maju Pilkada.
 Ada empat pasangan calon yang akan bertarung yakni, pasangan Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi. Keduanya diusung partai Demokrat dan Golkar dengan 29 kursi DPRD.
Pasangan Sudrajat-Syaikhu yang diusung Gerindra, PKS dan PAN dengan 27 kursi DPRD dan pasangan Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum yang diusung Nasdem, PKB, PPP dan Hanura dengan 24 kursi DPRD.
 Serta pasangan TB Hasanudin-Anton Charliyan yang didukung PDI-P dengan 20 kursi DPRD.
Lalu pasangan mana yang akan unggul di Pilkada Jabar mendatang?
Pengamat komunikasi politik Hendri Satrio menyebut bahwa pemenang suara terbanyak di Pilkada Jabar hanya akan mampu meraih suara di sekitar 30 persen.
 "Tidak akan ada yang mutlak menang dengan suara kemenangan jauh," ujar Hendri melalui pesan singkatnya, Selasa (9/1/2018).
Baca juga : Demokrat dan Golkar Deklarasikan Pasangan Dua DM sebagai Jagoan Pilkada Jabar 2018
 Hendri sendiri memprediksi akan terjadi pertarungan sengit antara pasangan TB Hasanudin-Anton Charliyan akan melawan Sudrajat-Syaikhu.
"Menurut saya, pasangan yang akan diusung PDI-P akan bersaing ketat dengan pasangan Gerindra-PKS," ujar dia.
Apalagi, Pilkada Jabar selama 2 periode terakhir selalu dimenangkan oleh PKS. Meski pada pemilihan legislatif 2014 di Jabar dimenangkan PDI-P.
"Pertarungan kali ini akan mengandalkan mesin partai, bukan sekedar ketokohan," terang Hendri.
Berbeda dengan pertarungan antara Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi lawan Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum.
 "Demiz enggak punya akar rumput. Jadi menggandalkan Demul, sama seperti RK yang mengandalkan UU," kata Hendri.
Baca juga : Suara Prabowo Jadi Modal Pemenangan Sudrajat-Syaikhu di Pilkada Jabar
"Demiz hanya mengandalkan popularitas keartisan dan akar rumput Demul," tambahnya.
 Meski demikian, pertarungan antara Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi lawan Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum akan tetap menarik untuk disimak.
"Demiz-Demul akan bersaing dengan RK-UU sebagai kuda hitam," ucap dia.
Sementara itu, Peneliti senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro menganggap bahwa keempat pasangan calon tidak ada yang sangat dominan. Sehingga kata dia, kontenstasinya cenderung setara.
Misalnya, ia menilai bahwa pasangan Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum dan pasangan Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi cukup punya pengalaman di bidang pemerintahan, karena pernah menjadi kepala daerah.
Baca juga : Jadwal Pendaftaran Pasangan Calon ke KPU pada Pilkada Jabar 2018
"Masalahnya apakahtrack record tersebut bisa mendongkrak elektabilitas dan akseptabilitas mereka di Jabar," ujar Siti.
Tak cuma itu, menurut Siti, pasangan Sudrajat-Syaikhu yang merupakan duet purnawirawan TNI dan wakil wali kota Bekasi tak bisa dianggap enteng.
 Sebab, kata Siti, pasangan tersebut memiliki modal yang lumayan, meskipun harus ditopang oleh mesin partai yang solid.
"Khususnya peran Gubernur Ahmad Heryawan yang mampu memerintah Jabar dua periode. Apa resepnya sehingga pak Aher bisa bertahan dan memenangkan pilkada," ucap dia.
 Terakhir, kata Siti, pasangan TB Hasanuddin-Anton Charliyan yang merupakan pasangan wakil Ketua DPD PDI-P Jabar dan mantan Kapolda Jabar.
Menurut dia, keduanya memang belum pernah duduk di kursi kepala daerah tapi cukup populer di Jabar.
"Masalahnya apakah tingkat popularitas pasangan calon menjamin elektabilitas dan akseptabilitasnya sehingga mampu memenangkan Pilkada," ungkap Siti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H