Semua informasi tersebut akan digunakan dalam algoritma eksklusif yang dirancang untuk memelajari tipe pasangan ideal pengguna aplikasi ini. Pheramor berjanji tak akan menyalahgunakan data DNA milik pelanggan.Â
Aplikasi yang berbasis di Houston, Amerika, ini telah berjalan dan akan diluncurkan secara resmi pada bulan Februari mendatang.
Pakar genetika Brittany Barreto, sekaligus salah satu founder aplikasi ini, mengatakan bahwa feromon manusia ini sangatlah unik. Rasa tertarik pada seseorang kemunginan dipengaruhi oleh bau feromon ini.
"Saat kita mencium bau feromon, sebenarnya kita mencium bau imunitas seseorang terhadap penyakit yang berbeda," ucapnya.
"Evolusi sangat kuat. Jadi, kita saling merasakan bau feromon dan mencoba mencari tahu siapa orang terbaik untuk dijadikan pasangan," tambahnya.
Menurut Brittany Barreto, teknologi canggih Pheramor memiliki manfaat lebih dalam dari aplikasi kencan tradisional yang hanya mencari data kecocokan melalui info dasar yang tercantum di sebagian besar profil.
Dengan cara ini, hampir tidak mungkin bagi pengguna berbuat curang demi mendapatkan pasangan kencan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H