Ada tiga lantai di dalam masjid itu. Saat renovasi kali ini, hanya satu lantai yang bisa digunakan untuk shalat.
Adzan berkumandang
Kami tiba sekitar pukul 12.30 untuk menunaikan shalat dzuhur. Namun, sang penjaga dalam bahasa Rusia menunjuk sebuah kertas berisikan tabel waktu shalat.
Ternyata shalat dzuhur di Saint Petersburg baru dilakukan pada pukul 14.00. Menjelang waktu shalat barulah warga muslim di sana silih berganti berdatangan saat adzan berkumandang di dalam masjid.
Warga muslim yang datang berasal dari berbagai etnis mulai dari etnis Rusia (layaknya orang Eropa di negara lain), etnis Tartan (berasal dari Rusia bagian tengah), Chinese, hingga melayu.
Banyaknya etnis di Rusia bisa dimaklumi lantaran Rusia menguasai seperdelapan bagian dunia ini.
Melihat kami yang berawakan Melayu, beberapa di antara mereka langsung mengucap salam, "Assalamualaikum". Setelah dijawab, mereka langsung bergegas masuk ke dalam masjid dan memulai shalat.
Orang Rusia memang tidak suka berbasa-basi. Namun, mereka juga tidak sungkan mengucap salam kepada orang asing yang berkunjung ke sana. Jadi, siapa bilang orang Rusia berhati dingin?
Apabila tiga lantai digunakan, masjid ini mampu menampung 7.000 jemaah. Namun, pada hari itu ada hanya ada sekitar 30 orang yang silih berganti datang untuk shalat.
Aktivitas mereka shalat di Blue Mosque terlihat biasa saja di tengah masyarakat Rusia yang mayoritas menganut Kristen Ortodoks.
Dari 142,8 juta penduduk Rusia, sebanyak 41 persen di antaranya penganut Kristen Orthodok. Sementara penganut Islam hanya 6,5 persen. Sisanya penganut atheis, Buddha, hingga Pagan.