Berdasarkan klaim Canavero, dia akan segera menyelesaikan prosedur transplantasi ini dengan dua manusia, seorang warga negara China yang anonim dan pendonor organ otak yang sudah meninggal.
Prosedur ini disebut HEAVEN, singkatan dari Head Anastomosis Venture atau usaha penggabungan kepala. Canavero berkata bahwa dia telah mempelajari konsep transplantasi kepala ini selama lebih dari satu dekade.
Dia lalu membaca buku Frankenstein yang membuatnya tersadar jika ada satu komponen yang kurang dalam prosedurnya, yaitu listrik. "Listrik memiliki kekuatan untuk mempercepat pertumbuhan pada penyatuan urat saraf tulang belakang," kata Canavero.
Sebelumnya, Canavero pernah melakukan prosedur ini pada hewan. Namun, banyak ahli berpendapat bahwa hasilnya tidak memuaskan.
Pada percobaan pertama, Canavero mengklaim telah menghubungkan kembali urat saraf tulang belakang seekor anjing. Kurang dari setahun, dia lalu menerbitkan hasil studinya yang merinci bagaimana dia mencipkakan hewan pengerat berkepala ldua.
Canavero berkata bahwa percobaan ini adalah bukti bahwa dia dan timnya mengetahui apa yang sering dianggap sebagai hal yang tidak mungkin oleh penelitian, penggabungan urat saraf tulang belakang. "Kami memiliki begitu banyak data yang menegaskan hasil penelitian pada tikus dan Anda akan segera melihat anjingnya," kata Canavero.
Namun, banyak ahli yang tidak mendukung dengan alasan kurang bukti.
James FitzGerald, ahli bedah saraf di Universitas Oxford mengatakan jika rencana Canavero untuk menggabungkan dua urat saraf tulang belakang itu tidaklah realistis. "Saya tidak akan dengan mudah berpikir bahwa laporan menggabungkan saraf tulang belakang itu dapat dipercaya," kata FitzGerald.
Robert Brownstone adalah profesor bedah saraf lainnya yang kurang setuju dengan prosedur penggabungan itu. "Banyak gagasan ilmiah hebat yang lahir dari gagasan gila yang ternyata memang benar, tetapi harus ada beberapa aspek mekanistik terhadap gagasan itu, dan saya tidak melihatnya pada prosedur yang akan dilakukan oleh Canavero," kata Brownstone.
Lainnya lagi, John Pickard, profesor bedah saraf di Universitas Cambridge menyarankan agar jurnal Canavero yang sudah terbit dianggap sebagai sebuah masalah yang harus ditindak lanjuti. "Saya rasa itu bukanlah sains," kata Pickard.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H