“Momen ini yang sangat istimewa karena waktu masuk kami tidak boleh mengambil gambar termasuk untuk dokumentasi. Tapi kenapa setelah selesai Obama suruh motret makanya itu istimewa sekali kemudian seluruh kru karawitan juga potret bersama,” ucap Sardjono.
Sardjono berharap, penampilannya di hadapan Obama itu bisa menggugah kawula muda untuk mencintai budaya tradisional khususnya wayang kulit.
Menurutnya, wayang kulit memiliki nilai filosofis yang tinggi yang bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
“Buat saya ya mudah-mudahan ini bisa memotivasi saudara kita yang sampai hari ini tidak kenal wayang dan cuek dengan wayang dan pedalangan. Menjadi dalang itu multitalent approach karena terdapat seni suara, seni gerak dan seni tari,” kata Sardjono.
Dalang tuna netra pertama
Meski tak mengklaim, Sardjono yang menjadi tuna netra sejak berusia 28 tahun itu, bisa disebut sebagai dalang wayang kulit berkebutuhan khusus pertama di Yogyakarta.
Sebab, pria yang juga pengurus organisasi difabel DI Yogyakarta itu belum menemukan dalang wayang kulit berkebutuhan khusus lainnya.
Dengan kegigihannya pula meski kehilangan indra penglihatannya, Sardjono bisa membuktikan diri menjadi dalang wayang kulit.
Menjadi tuna netra memang bukan hal yang dikehendakinya. Ia harus kehilangan pekerjaan di salah satu hotel karena kekurangan fisiknya tersebut.
Ia pun sempat ditolak menjadi staf pengajar di kampusnya lantaran menyandang status tuna netra.
"Saya menjadi tuna netra awal pada tahun 1979, sedikit demi sedikit jadi tuna netra sampai 1983," kata Sardjono.