Mohon tunggu...
Kompas.com
Kompas.com Mohon Tunggu... Administrasi - Kompas.com

Kompas.com merupakan situs berita Indonesia terlengkap menyajikan berita politik, ekonomi, tekno, otomotif dan bola secara berimbang, akurat dan terpercaya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Sapi Bahagia", Dagingnya Bukan Cuma Enak, Tapi Rendah Lemak!

8 Juni 2017   04:30 Diperbarui: 8 Juni 2017   11:11 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tim Hollands, chef ternama Australia, saat unjuk kebolehan mengolah aneka menu daging segar di South Melbourne Market, Rabu (31/5/2017).

Penuturan Doddy sudah lebih dulu dibuktikan oleh Tim Hollands, chef ternama Australia, saat unjuk kebolehan mengolah aneka menu daging segar di South Melbourne Market, Rabu (31/5/2017).

Tim mengatakan, kelebihan dari kualitas pakan sapi sangat mempengaruhi kenikmatan sajian kuliner daging di Australia. Dia mengatakan, pilihan daging terbaik datang dari wilayah di tenggara Australia (Victoria) ini.

"Dari beberapa peternakan ini sapi-sapi itu memakan rumput segar. Daging sapi yang memakan pakan rumput-rumputan itu menghasilkan daging sapi yang rendah lemak, bukan cuma enak," ujar Tim.

Daging sapi pemakan rumput (grass feed beef) memang andalan peternakan di Victoria. Salah satu peternakan yang sempat disambangi Kompas.com adalah Gippsland Natural di kawasan Gippssland.

Paul Croc, direktur peternakan seluas 200 acre itu menangani 150 ekor sapi. Dia menyebutnya happy cows atau "sapi bahagia". 

Paul Croc, Direktur Gippsland Natural, peternakan seluas 200 acre di kawasan Gippsland, Victoria, Australia.Sapi bahagia? Ya, karena rumput yang dimakannya memang rumput bergizi di lahan pertanian subur dan hijau dikelilingi hutan.

"Daging lebih sehat, karena semua yang dimakannya di sini bersih dan alami. Mereka adalah sapi-sapi bahagia, karena sapi-sapi kami di sini juga tidak pernah stres. Alam sendiri yang mengatur stres mereka, selain dokter-dokter kami yang sigap menangani," kata Paul yang kini memegang sertifikat "environmentally certified - sustainable beef" untuk peternakannya itu.

Itulah rahasianya, menurut Paul. Sebelum membuka peternakan itu pada 1999, Paul sudah lebih dulu menanam pohon di area peternakannya. Sampai saat ini terhitung 60.000 pohon sudah dia tanam. Baca: "Berkah" Tukang Masak dari Sapi-sapi Australia.

"Saya biarkan burung-burung datang, juga koala dan wombat meramaikan peternakan ini," ujar Paul.

Bagi Paul, menciptakan sistem lingkungan peternakan alami lebih penting dari pada beternak itu sendiri. Menanam 60.000 pohon bukan perkara enteng, tapi hasil jerih payah itu berbuah banyak untuk dirinya.

Ya, terbukti semakin banyak chef dari berbagai restoran atau hotel mewah berdatangan untuk memesan daging. Itu belum tercatat mereka yang ada di luar Australia alias untuk diekspor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun