Warga yang berhasil meninggalkan daerah pertempuran ditampung di kantor-kantor pemerintah di pinggiran Marawi.
Bagi anak-anak muda yang menjadi anggota kelompok militan, generasi lama yang berhasil meneken perjanjian damai dengan pemerintah dianggap terlalu lunak dan 'tak teguh memegang perjuangan'.
Generasi baru yang frustrasi ini memilih jalan berbeda, jalan yang lebih keras.
Lucman bertemu dengan anak-anak muda ini dan meminta mereka menghentikan perjuangan dengan imbalan akan dilindungi oleh komunitas Muslim di Marawi.
"Mereka menjawab, mereka ingin jihad. Mereka ingin mati. Mendengar jawaban ini saya berkesimpulan tak ada lagi yang bisa saya lakukan," kata Lucman.
Jawaban itu mengisyaratkan kondisi mental yang membuat para milisi tak mudah menyerah dan akan melawan hingga mati.
Di luar itu, milisi menerapkan taktik menempatkan penembak jitu di berbagai gedung yang mereka kuasai di Marawi.
Kantor berita Reuters memberitakan bahwa dari sisi logistik, milisi sudah menimbun senjata dan makanan yang membantu mereka bisa bertahan lebih lama.
Warga sipil yang terjebak di wilayah yang dikuasai milisi membuat militer enggan untuk melancarkan serangan besar-besaran untuk menumpas mereka.
Hal-ha; itu semua membuat pertempuran di Marawi belum bisa dirampungkan, setidaknya hingga beberapa hari mendatang.
Baca:Â Marinir Filipina Temukan Uang Rp 14 Miliar di Rumah Teroris Marawi