Mohon tunggu...
Kompas.com
Kompas.com Mohon Tunggu... Administrasi - Kompas.com

Kompas.com merupakan situs berita Indonesia terlengkap menyajikan berita politik, ekonomi, tekno, otomotif dan bola secara berimbang, akurat dan terpercaya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menonton Indonesia dari Layar Lebar

4 Juni 2017   20:15 Diperbarui: 5 Juni 2017   03:00 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Uang PanaiJAKARTA, KOMPAS.com -- Kehadiran film yang mengangkat lokalitas cerita, dialek, dan bahasa di layar lebar ibarat angin segar.

Sebut saja film Parakang, Uang Panai, serta Surau dan Silek yang percaya diri tayang di layar bioskop besar. Indonesia memang tidak sesempit ibu kota Jakarta.

Baca juga: Tembus Box Office Indonesia, Uang Panai Bukti Eksistensi Film Daerah

Puluhan tahun lalu, legenda hantu di Sulawesi Selatan, parakang, hanya dikisahkan dari mulut ke mulut di kampung- kampung.

Sosok hantu itu diceritakan demi "menakut-nakuti" anak-anak agar tidak bermain saat petang. Kini, parakang beraksi di bioskop di sejumlah kota.

Film berjudul Parakang (Manusia Jadi-Jadian) yang mulai tayang pertengahan Mei itu garapan sineas Makassar. Hingga 2 Juni, film itu masih diputar di Makassar.

Kisahnya tentang perempuan Bugis-Makassar, Linda (Firda Noweldin), yang harus menerima kenyataan dirinya keturunan parakang.

Dalam perjalanannya, Linda berkonflik dengan diri, kekasih, teman kerja, keluarga, dan warga kampungnya.

Parakang yang digambarkan berkuku panjang, lidah menjulur, dan pakaian kehitaman mengincar ibu hamil dan usus manusia.

Untuk mengelabui warga, parakang berganti wujud mulai dari pohon pisang, kucing, hingga manusia lainnya.

Meski sosok parakang kerap muncul sepanjang film sehingga rasa penasaran penonton tidak lagi menggebu, suara yang mengagetkan masih menjaga suasana seram.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun