Beruntung nasib keduanya masih baik, terutama setelah pertemuan dengan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi tersebut tak disangka oleh kedua belah pihak.
Saat itu, Dedi hendak diperiksa dokumen oleh pihak imigrasi Malaysia. Tiba-tiba, kedua wanita yang memakai bahasa Sunda itu menghampirinya dan langsung meminta tolong untuk segera dipulangkan.
Seusai ditanyakan, ternyata mereka mengaku kalau paspor keduanya ditahan oleh pihak imigrasi Malaysia.
"Mereka pun langsung mengaku kalau selama ini berangkat ke Timur Tengah tanpa memakai visa negara tujuan," jelas Dedi sembari tersenyum.
Dengan segala upayanya, Dedi langsung meminta bantuan petugas KBRI Malaysia yang kebetulan bertugas di sekitar Bandara Kuala Lumpur. Mereka langsung menjelaskan kepada pihak imigrasi setempat bahwa kedua orang itu adalah korban perdagangan manusia. Mereka pun mengaku kepada Dedi bahwa selama ini berangkat ke luar negeri melalui jalur tak resmi.
"Mereka awalnya menyebut meminta tolong kalau paspor mereka ditahan pihak imigrasi Malaysia. Alasan tak masuk akal itu membuat saya langsung mencari tahu permasalahannya seperti apa. setelah tahu, saya mendapatkan petugas KBRI Indonesia untuk Malaysia dan bisa membawa pulang warganya kembali ke Purwakarta," ujarnya.
Gagal ke Mesir
Dedi sebenarnya sedang mengejar jadwal penerbangan ke Kairo, Mesir. Ia berburu waktu, sebab pada 29 dan 30 April 2017 dirinya bersama Menteri Pemuda dan Olahraga RI menjadi pembicara di hadapan ribuan mahasiswa Indonesia di Mesir.
"Tidak apa-apa saya gagal ke Mesir untuk memenuhi undangan ribuan mahasiswa Indonesia di Mesir. Terpaksa jadwal itu dibatallkan, karena harus menolong dulu warga sendiri yang terdampar di Kuala Lumpur," ujar Dedi.
Sesampainya di Indonesia bersama dua TKW tersebut, Dedi tak langsung pulang ke rumahnya. Dirinya langsung mengantar keduanya untuk pergi ke Mako Polres Purwakarta utnuk membuat laporan penipuan dan korban perdagangan manusia.
Dedi berharap kejadian yang menimpa kedua orang ini tidak terulang lagi.