PURWAKARTA, KOMPAS.com - Lah Syariah dan Rati, dua Tenaga Kerja Wanita (TKW) ilegal asal Purwakarta dan Karawang dibawa pulang oleh Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi. Keduanya terdampar di Bandara Kuala Lumpur, Malaysia.
Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi membawa kedua TKW ilegal itu langsung dengan pesawat kelas satu. Sebelum terbang ke Indonesia, kedua perempuan itu diberikan penginapan untuk beristirahat di sebuah hotel bintang lima di Malaysia.
Semua fasilitas yang diterima oleh kedua TKW itu disamakan dengan fasilitas yang diterima oleh Dedi sendiri selama di Malaysia. Bahkan, saat berada di pesawat, fasilitasnya pun tak dibedakan sama sekali sampai tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Sabtu (29/4/2017) sekitar pukul 09.30 WIB.
"Saya tak menyangka diperlakukan seperti ini oleh bupati. Padahal, selama ini saya sudah melanggar peraturan daerah dengan nekad berangkat ke Luar Negeri secara ilegal," jelas Lah, TKW asal Plered, Purwakarta.
Lah mengaku selama ini dirinya tak menyangka akan bisa satu pesawat dengan kepala daerahnya. Selama terlantar di negeri orang hampir dua hari, Lah mengaku tidak makan dan mandi. Bekalnya benar-benar sudah habis. Sementara itu, orang yang membawanya ke Malaysia telah kabur begitu tahu dirinya tertangkap pihak imigrasi Malaysia.
Jalur ilegal
Awalnya, Lah Syariah dan Rati nekad berangkat ke luar negeri, yaitu Arab Saudi, lewat jasa perusahaan yang mengaku-ngaku sebagai penyalur tenaga kerja luar negeri di Jakarta. Selama keberangkatannya dari Indonesia ke Arab Saudi, TKW ini ditemani seorang lelaki bernama Ridwan.
Mereka berangkat melalui jalur darat dan laut dengan tujuan Batam, lalu lanjut ke Malaysia. Di Malaysia, kedua orang itu diberikan secarik kertas yang disebutkan sebagai visa kunjungan ke Arab Saudi.
Tak sadar, di situlah keduanya mulait tertipu. Visa tersebut ternyata palsu. Hal itu baru diketahui begitu mereka mendarat di Oman. Dinas imigrasi negara itu lalu memulangkan mereka kembali ke Malaysia sebagai Negara keberangkatannya.Â
Setiba di Malaysia, kedua orang itu ditahan oleh pihak imigrasi Malaysia berdasarkan laporan penyekalan oleh dinas imigrasi Oman.
"Saya ditinggal kabur oleh Ridwan. Kabur saat tahu kalau saya tertangkap oleh pihak imigrasi Malaysia, setelah dipulangkan oleh pihak imigrasi Oman. Saya bingung. Uang sudah habis dan tak punya bekal selama ditahan oleh imigrasi Malaysia," ujar Lah, yang mengaku kalau keberangkatannya tak mendapatkan izin dari suaminya.
Beruntung nasib keduanya masih baik, terutama setelah pertemuan dengan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi tersebut tak disangka oleh kedua belah pihak.
Saat itu, Dedi hendak diperiksa dokumen oleh pihak imigrasi Malaysia. Tiba-tiba, kedua wanita yang memakai bahasa Sunda itu menghampirinya dan langsung meminta tolong untuk segera dipulangkan.
Seusai ditanyakan, ternyata mereka mengaku kalau paspor keduanya ditahan oleh pihak imigrasi Malaysia.
"Mereka pun langsung mengaku kalau selama ini berangkat ke Timur Tengah tanpa memakai visa negara tujuan," jelas Dedi sembari tersenyum.
Dengan segala upayanya, Dedi langsung meminta bantuan petugas KBRI Malaysia yang kebetulan bertugas di sekitar Bandara Kuala Lumpur. Mereka langsung menjelaskan kepada pihak imigrasi setempat bahwa kedua orang itu adalah korban perdagangan manusia. Mereka pun mengaku kepada Dedi bahwa selama ini berangkat ke luar negeri melalui jalur tak resmi.
"Mereka awalnya menyebut meminta tolong kalau paspor mereka ditahan pihak imigrasi Malaysia. Alasan tak masuk akal itu membuat saya langsung mencari tahu permasalahannya seperti apa. setelah tahu, saya mendapatkan petugas KBRI Indonesia untuk Malaysia dan bisa membawa pulang warganya kembali ke Purwakarta," ujarnya.
Gagal ke Mesir
Dedi sebenarnya sedang mengejar jadwal penerbangan ke Kairo, Mesir. Ia berburu waktu, sebab pada 29 dan 30 April 2017 dirinya bersama Menteri Pemuda dan Olahraga RI menjadi pembicara di hadapan ribuan mahasiswa Indonesia di Mesir.
"Tidak apa-apa saya gagal ke Mesir untuk memenuhi undangan ribuan mahasiswa Indonesia di Mesir. Terpaksa jadwal itu dibatallkan, karena harus menolong dulu warga sendiri yang terdampar di Kuala Lumpur," ujar Dedi.
Sesampainya di Indonesia bersama dua TKW tersebut, Dedi tak langsung pulang ke rumahnya. Dirinya langsung mengantar keduanya untuk pergi ke Mako Polres Purwakarta utnuk membuat laporan penipuan dan korban perdagangan manusia.
Dedi berharap kejadian yang menimpa kedua orang ini tidak terulang lagi.
"Tak akan ada lagi warga Purwakarta yang nekad kerja ke Luar Negeri dengan jalur tak resmi. Apalagi, daerahnya selama ini telah memberlakukan moratorium pemberangkatan warga kerja ke luar negeri dengan jalur ilegal," ujarnya.
IRWAN NUGRAHA/KONTRIBUTOR PURWAKARTA
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H