Kelihatannya tidak banyak, namun di kepulauan yang hanya berpenduduk 50.000 orang, para perempuan ini menjadi etnis minoritas terbesar.
Beberapa tahun belakangan, penduduk Faroe mengalami penurunan jumlah populasi karena anak muda pindah ke luar negeri. Biasanya, mereka menempuh studi, dan tidak kembali lagi.
Berdasarkan catatan resmi, kaum perempuan cenderung menetap di luar negeri.
Hasilnya, menurut Perdana Menteri Axel Johannesen, warga Faroe memiliki "defisit jender" mengingat jumlah pria lebih banyak 2.000 orang.
Hal ini menyebabkan para pria Faroe mencari asmara di luar kepulauan melalui internet.
Banyak, -meski tidak semua, perempuan Asia yang bertemu suami mereka lewat internet, sebagian lewat situs kencan komersial.
Sementara, sebagian yang lain membuat koneksi melalui media sosial, atau pasangan Asia-Faroe lainnya.
Bagi mereka yang baru datang, kejutan budayanya bisa menjadi lebih dramatis.
Kepulauan Faroe merupakan bagian dari Kerajaan Denmark. Di wilayah ini warganya memiliki bahasa sendiri -berasal dari Old Norse, dan budaya yang unik -khususnya menyangkut makanan.
Kuliner Kepulauan Faroe, antara lain daging kambing yang difermentasi, ikan kod yang dikeringkan, dan terkadang daging ikan paus dan lemak anjing laut.
Jelas sekali perbedaannya dengan masakan Asia yang dilengkapi rempah-rempah tradisional.