"Kami harap masjid besar yang kami bangun bisa jadi syiar Islam dari fungsi pendidikan dan dakwah. Masjid tidak boleh digunakan kepentingan politik praktis. Masjid hanya untuk kegiatan keagamaan, ibadah, dakwah dan pendidikan," ujar Hendra.
Adapun pembangunan masjid raya itu memakan waktu sekitar tiga tahun. Pembangunannya rampung pada April 2017 ini.
Masjid raya tersebut dibangun di atas lahan seluas 2,4 hektar dengan luas bangunan sebesar 16.985,43 meter persegi dan memiliki daya tampung hingga 12.500 jemaah.
Arsitektur bangunannya dilengkapi dengan sentuhan khas Betawi, yakni ornamen gigi balang serta dilengkapi lima menara yang melambangkan Rukun Islam.
Bangunan masjid mengacu pada prinsip bangunan tropis yang ramah lingkungan, yakni memaksimalkan penghawaan dan pencahayaan alami, berkonsep passive cooling roof, serta penggunaan LED sebagai sumber pencahayaan buatan.
Masjid pun dikelilingi ruang terbuka hijau, sehingga memiliki sirkulasi udara yang baik dan alami. Masjid terdiri dari dua lantai dan satu mezzanine yang dilengkapi fasilitas penunjang, seperti perkantoran, ruang serbaguna yang dapat menampung 1.000 orang, dan sarana pendidikan.
Sementara itu, tahap pengerjaan konstruksi telah dilakukan sejak 2014 yang meliputi pembuatan fondasi dan struktur bawah. Pada 2015, pengerjaan mulai merambah struktur atas, struktur atap, struktur menara, dan MEP. Lalu pada 2016 pengerjaan meliputi arsitektur, MEP, dan bagian penunjang. Finalisasi dilakukan awal tahun 2017.
Diresmikan Jokowi
Pada akhirnya, impian Jokowi agar Jakarta memiliki masjid raya terwujud. Sabtu (15/4/2017), Presiden ketujuh Republik Indonesia itu meresmikan masjid raya KH Hasyim Asy'ari.
"Masjid ini bukti komitmen pemerintah pusat dan daerah yang berkomitmen untuk menjamin kehidupan beragama yang semarak dan barokah. Saya resmikan Masjid Raya KH Hasyim Asy'ari Jakarta di Jakarta Barat, DKI Jakarta," ucap Jokowi.
Dia juga mengaku senang dan bangga, lantaran fondasi bangunannya penuh dengan khas betawi.