Nyatanya, dia baru dapat melakukan peletakan batu pertama pembangunan masjid raya pada 26 September 2014. Saat itu, pembangunan masjid raya di Jakarta Barat diputuskan berada di dalam kompleks Rusunawa Daan Mogot atau di Jalan Raya Daan Mogot, Duri Kosambi, Kalideres, Jakarta Barat.
Pembangunan terus berlangsung hingga akhirnya Jokowi menjadi Presiden Republik Indonesia dan perannya sebagai Gubernur DKI Jakarta digantikan oleh Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang sebelumnya menjabat Wakil Gubernur DKI Jakarta.
Pembangunan masjid raya itu juga melewati beberapa kali pergantian Kepala Dinas Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta sebagai penanggungjawabnya.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat, berkeliling menemui tokoh agama untuk menentukan nama masjid tersebut.
Setelah Djarot menyambangi kediaman KH Salahudin Wahid atau Gus Sholah di Jalan Bangka, Pela Mampang, Rabu (22/3/2017), diputuskan masjid raya tersebut bernama Masjid Raya KH Hasyim Asy'ari.
Adapun pemilihan nama KH Hasyim Asy’ari sebagai nama masjid raya dilakukan berdasarkan sejumlah pertimbangan. Antara lain karena Hasyim merupakan merupakan pahlawan nasional, tokoh pendiri Nahdlatul Ulama (NU), serta pejuang pergerakan Islam yang turut andil dan berperan penting dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Pengelolaan masjid ke depannya akan dilaksanakan oleh Unit Pengelola Masjid Raya. Untuk pengelola masjid raya telah ditetapkan sesuai SK Gubernur Nomor 789 tahun 2017 tentang pembentukan Pengurus Dewan Kemakmuran Masjid Raya KH Hasyim Asy'ari Jakarta masa bakti tahun 2017-2020.
Diharapkan bebas dari unsur politis
Ahok berharap seluruh pihak yang terlibat untuk mengurus Masjid Raya KH Hasyim Asy'ari tidak terlibat politik. Ahok berpesan kepada pejabat Pemprov DKI Jakarta agar mencari takmir, imam, khotib yang menebar ajaran Islam yang Rahmatan lil Alamin.
Pandangan serupa juga disampaikan oleh Kepala Biro Dikmental DKI Jakarta Hendra Hidayat.