Mohon tunggu...
Kompas.com
Kompas.com Mohon Tunggu... Administrasi - Kompas.com

Kompas.com merupakan situs berita Indonesia terlengkap menyajikan berita politik, ekonomi, tekno, otomotif dan bola secara berimbang, akurat dan terpercaya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kontainer Medik Udara, Sejarah Dirgantara Indonesia yang Dilupakan

9 April 2017   08:45 Diperbarui: 9 April 2017   17:00 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kontainer Medik Udara tiba di Halim Perdanakusuma, akhir tahun 1986.

 

Dokter Raman, demikian nama panggilannya, adalah purnawirawan TNI AU dengan pangkat terakhir Marsekal Pertama TNI yang tutup usia tahun lalu menjelang 78 tahun.

Dokter Raman menggagas dan mewujudkan upaya “Bedah Manusia di Udara” lewat sebuah makalah yang diajukannya kepada Presiden Soeharto pada 23 Agustus 1981.

Ia yang saat itu seorang perwira kesehatan, menyebut makalahnya sebagai keberanian seorang Letnan Kolonel yang mengajukan usulan langsung kepada Presiden tanpa lewat atasannya, tetapi lewat ajudan Presiden yang memang dikenalnya.

Raman yang lulus pada tahun 1963 dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan tahun 1967 lulus sebagai flight surgeon dari Institute of Aviation Medicine, di Belgrade, Yugoslavia, mencetuskan ide yang sangat rinci dalam makalah berjudul “Gagasan Membentuk Tim Medik Darurat Udara sebagai Unsur Penunjang Kegiatan Pengungsian Medik Udara dalam Operasi Udara TNI-AU/ABRI pada Dasawarsa 80-an”.

Ide terbetik saat ia menyaksikan dokumentasi operasi penyelamatan sandera di Entebbe, Uganda, 4 Juli 1976. Ia ingin agar Indonesia pun memiliki sebuah Kontainer Medik Udara, kompartemen canggih berupa “ruang operasi” atau “ruang ICU” yang masuk ke sebuah armada pesawat setara Hercules C-130.

Kontainer itu diperkuat pula oleh Tim Medik Darurat Udara (MDU), yang akan menjadi bagian penting tugas penyelamatan dalam sebuah operasi militer seperti yang terjadi di Entebbe, Uganda itu.

Terbukti, Indonesia kemudian makin membutuhkan ketika terjadi pembajakan pesawat Garuda yang dikenal sebagai Tragedi Pembajakan Woyla, bulan Maret 1981.

Saat itu, kita belum memiliki alat evakuasi udara yang memadai untuk menghindari jatuh korban lebih banyak dalam suatu operasi militer.

Usulannya yang disebut “Kontainer Medik Udara TNI”, kemudian dirancang-bangun di Inggris pada tahun 1985–1986. Saat itu, atas persetujuan Presiden Soeharto, ia berkoordinasi dengan Menteri Riset dan Teknologi DR. B.J. Habibie.

Hampir bersamaan dengan selesainya kontainer itu, pada bulan Juli 1987, Dokter Raman R. Saman yang saat itu Kolonel Kesehatan, dilantik menjadi Direktur Kesehatan TNI AU.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun