Ia melukis sendiri sebuah karya dan dilelang di sebuah acara amal! Putin yang berjiwa muda, yang selalu tampil memesona memperoleh 750.000 euro atau setara Rp 10,8 miliar dari karyanya itu.
Banyak pengamat seni harus mengelus dada dengan kualitas karya Putin, yang disebut sekadar “basa-basi”, bagai seorang pelukis pemula yang kebetulan menjadi seorang presiden.
Gaya Soekarno
Kita patut berbangga, Soekarno berbuat lebih dari para pemimpin dunia itu. Menggunakan seni rupa dalam diplomasi politik tingkat tinggi, seperti memasang lukisan pelukis Henk Ngantung di Istana Negara.
Sebuah lukisan lelaki bugar bertelanjang dada sedang memegang busur panah karya tahun 1945. Sebagai simbol kebebasan dan tenaga muda untuk menuju visi baru sebagai sebuah bangsa yang baru lahir.
Lukisan itu, tak tanggung-tanggung dijadikan backdrop jumpa pers dengan mengundang pewarta seluruh dunia tentang kemerdekaan Republik Indonesia.
Soekarno benar-benar jatuh cinta pada seni, secara otomatis ia adalah seorang pelukis yang berbakat dan seorang patron seni di Indonesia yang hebat.
Masyarakat pada Agustus 2016 lalu di Galeri Nasional Indonesia (GNI) sudah menyaksikan salah satu karyanya berjuluk “Rini” (1958). Ia berkolaborasi dengan pelukis Istana Presiden, salah satu maestro pelukis realis kita, Dullah.
Sementara, sebelumnya, pada masa-masa ia diasingkan oleh Belanda di Endeh pada 1936-1938, Soekarno menghasilkan lukisan-lukisan naturalistik dari cat air yang menawan.
Kedekatannya dengan seniman-seniman, baik pelukis dan pematung, serta penyair dan sastrawan, membuatnya menjadi kolektor dan apresian seni andal yang tak tertandingi, bahkan sampai saat ini.
Soekarno mampu membangun nilai-nilai kesejarahan, sebuah jalan abstraksi yang kuat tentang bagaimana Indonesia meski masih tertatih-tatih berdiri, namun dilabuhi sepenuh hati lewat seni.