Kisah Shakespeare
Craig Shakespeare yang awalnya berstatus asisten pelatih naik jabatan menjadi manajer sementara. Promosinya Shakespeare berbanding lurus dengan peningkatan performa Leicester.
Dalam tiga pertandingan selepas Ranieri pergi, Vardy dkk meraih tiga kemenangan beruntun, salah satunya melawan tim papan atas, Liverpool. Terbaru, mereka menang 3-2 atas West Ham United, Sabtu (18/3/2017)—kemenangan tandang pertama Leicester di liga sejak 11 bulan lalu.
Melihat performa yang berbanding terbalik itu, wajar apabila ada dugaan bahwa sebenarnya ada "permainan" dalam tubuh tim yang berkonspirasi untuk melengserkan Ranieri.
"Ya," jawab sejumlah pemain ketika ditanya The Telegraph soal apakah ada persoalan di kamar ganti pemain Leicester, awal Februari lalu.
Akan tetapi, Shakespeare membantah bahwa ada konspirasi. Dia bahkan mengakui telah berbicara dengan Ranieri seusai pemecatan dan sama-sama mengucapkan terima kasih.
"Saya berbicara dengannya semalam dan dia mengucapkan terima kasih. Ada rasa frustrasi dari hasil buruk, tetapi dia tetap mendapat kepercayaan para pemain," tutur Shakespeare, sehari setelah pemecatan Ranieri.
Vice Chairman, Aiyawatt Srivaddhanaprabha, juga mengaku bahwa memecat Ranieri adalah putusan menyakitkan. Namun, hal itu dilakukan manajemen demi hasil terbaik bagi klub.
"Ketika mempertahankan dia lalu kami terdegradasi, penyesalan akan datang terlambat. Kami telah memutuskan dan kini bisa mengoleksi enam poin. Saya rasa, (putusan) itu amat berharga," ujar dia, Selasa (14/3/2017).
Hanya, dalam kesempatan yang sama, anak dari Vichai Srivaddhanaprabh itu menggambarkan bahwa para pemain punya "andil" dalam pemecatan Ranieri karena telah bosan dengan taktiknya.
"Metode baru dia saat mengubah taktik demi memperbaiki performa tim tidak berjalan baik. Pemain tidak mengerti dan butuh waktu untuk beradaptasi. Hasil yang diraih tidak sesuai dengan keinginan publik. Bagaimanapun, hasil adalah tolok ukur di sepak bola," tuturnya.