Mohon tunggu...
Kompas.com
Kompas.com Mohon Tunggu... Administrasi - Kompas.com

Kompas.com merupakan situs berita Indonesia terlengkap menyajikan berita politik, ekonomi, tekno, otomotif dan bola secara berimbang, akurat dan terpercaya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jejak Manusia Purba di Gua Braholo Gunungkidul

5 Maret 2017   07:30 Diperbarui: 16 Maret 2017   20:01 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemilik tanah sekaligus pengelola Gua Braholo, Kusno (60), saat berada di mulut gua tersebut di Gunungkidul, Yogyakarta.GUNUNGKIDUL, KOMPAS.com - Gua Braholo di Dusun Semugih, Desa Semugih, Rongkop, sama dengan gua batuan karst di wilayah Gunungkidul. Namun, gua tersebut ternyata merupakan sebuah saksi kehidupan manusia purba.

Lokasi Goa Braholo bisa dikatakan cukup jauh dari pusat Kabupaten Gunungkidul. Setidaknya sekitar dua Jam perjalanan dengan sepeda motor.

Gua Braholo tepat berada di lereng sebuah bukit, sehingga pengunjung harus menaiki sejumlah anak tangga untuk bisa sampai ke mulut gua.

Suasana teduh dan sunyi akan menemani perjalanan menunju mulut Gua Braholo. Dari mulut gua, lubang pada ruangan bagian dalam akan terlihat dengan kedalaman bervariasi.

Lubang tersebut merupakan bekas ekskavasi pada tahun 1994 sampai 2000 silam.

Di papan informasi yang terpasang di pintu masuk gua, tertulis bahwa proses ekskavasi dilakukan oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional Jakarta yang dipimpin Prof Truman Simanjuntak.

Dari 14 kotak ekskavasi, tim peneliti menemukan berbagai peralatan dan sisa makanan zaman purba. Beberapa di antaranya serut penusuk, mata panah, fosil kayu, tulang-tulang fauna besar, sisa biji-bijian yang sebagian terbakar, dan cangkang kerang.

Tim peneliti juga menemukan benda penting, yakni kerangka manusia purba. Kerangka yang ditemukan pun dalam kondisi yang relatif masih utuh.

"Saat itu kebetulan saya ikut bantu-bantu dalam proses ekskavasi. Digali ada yang 3 meter sampai 7 meter dan ditemukan delapan kerangka manusia purba," ujar pemilik tanah sekaligus pengelola Gua Braholo, Kusno (60), akhir Februari 2017.

Menurut Kusno, saat membantu ekskavasi, ia melihat tulang yang ditemukan. Perbedaan dengan manusia saat ini adalah bentuk kepalanya lebih besar.

"Tengkorak kepalanya itu lebih besar. Posisinya duduk, kakinya ditekuk, punggungnya menyatu satu sama lain," kata dia.

Dari informasi yang didapatnya, saat ini kerangka delapan individu manusia purba yang ditemukan di Gua Braholo dan disimpan di Museum Punung, Pacitan, Jawa Timur.

"Setahu saya disimpan di Punung, Pacitan, sana," ujarnya.

Dari proses penelitian selanjutnya, diketahui bahwa kemungkinan manusia purba yang hidup di Gua Braholo pada waktu itu sudah membagi ruangan.

Sisi kanan gua sebagai digunakan tempat membuang sampah. Dari ekskavasi di sisi kanan ini, ada temuan berupa kerang, tulang hewan, dan sisa biji-bijian.

"Posisi kiri gua itu, kemungkinan dulu digunakan untuk tidur. Itu kata peneliti yang melakukan ekskavasi di sini cerita kepada saya," tutur Kusno.

Dosen Ilmu Sejarah Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Hery Santosa mengatakan, penemuan itu bisa dilihat dari ketebalan tanah di dalam goa. Ketebalan tanah bisa menunjukkan tahun perkembangan manusia.

Meski demikian, jejak manusia purba sekitar 30.000-an tahun lalu banyak ditemukan di gua-gua karst. Di zaman itu, gua karst dijadikan tempat hunian tidak permanen atau sementara.

"Salah satunya di Gunungkidul. Gua karst di sana banyak yang dijadikan hunian sementara di zaman itu," kata dia.

Pada saat itu, manusia hidup berpindah-pindah untuk mencari sumber makanan. Dalam perjalanannya, mereka memerlukan tempat berlindung, baik berlindung dari cuaca maupun binatang buas.

Lokasi hidup manusia prasejarah dapat ditemukan memanjang dari Gunungkidul hingga Ponorogo, Jawa Timur.

"Manusia saat itu belum berpikir menimbun makanan. Saat berpindah, mereka juga meninggalkan peralatan," urainya.

Ia menyatakan, dari penelitian yang pernah dilakukannya, Gunungkidul merupakan salah satu perpustakaan dalam meneliti zaman prasejarah. Sungai Oya, Gunungkidul, misalnya, menjadi tempat temuan berbagai peralatan dan fosil.

"Gunungkidul itu seperti 'perpustakaan hidup', banyak yang belum terdokumentasikan," kata Hery.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun