''Saya tidak mempersoalkan pemakaian nama 'Bunda'. Tapi saya harus menemukan strategi agar konsumen bisa membedakan bahwa 'Bunda' yang itu tidak sama dengan 'Bunda' yang ini. Bagaimana caranya?'' tanya Yusrin.
Sebagai praktisi komunikasi, saya memberi saran kepada Yusrin untuk menambahkan logo dan icon 'Bunda'. Dengan adanya dua unsur baru itu, 'Bunda' versi Yusrin akan berbeda dengan 'Bunda' yang lain.
Selain soal brand, produk nasi kuning 'Bunda' juga bisa dibedakan dari produk kompetitor karena kontennya yang unik dan inovatif. Salah satunya, menjadikan rendang yang dinobatkan sebagai masakan terenak sedunia itu sebagai varian nasi kuning buatannya. Jadilah menu baru: nasi kuning rendang. Memadukan citarasa Sulawesi Selatan dengan Sumatera Barat.
''Ke depan, bukan tidak mungkin lahir varian menu baru. Nasi kuning dengan daging sapi resep Jawa atau Sunda dan Aceh. Seperti mi instan yang sekarang punya banyak varian rasa,'' tambahnya.
Dalam menjalankan bisnis, Yusrin juga sudah menggunakan bantuan software akuntansi. Aplikasi itu membantunya untuk mengontrol penjualan di dua outletnya: satu warung dan satu mobil keliling. ''Pencatatan transaksi maupun penghitungan laba rugi juga sudah diketahui secara real time,'' kata mantan wartawan harian 'Mercusuar' Palu itu.
Bila Anda sedang di kota Makassar, cobalah makan nasi kuning. Bila ingin merasakan yang istimewa, ada pilihan nasi kuning Bunda. ''Kami ada layanan antar ke alamat pembeli di seluruh kota Makassar,'' kata Yusrin menutup pembicaraan.
Saya mengenal Yusrin sudah sangat lama. Dulu, ia pernah menjadi karyawan saya. Selama empat tahun ia menjadi wartawan di harian 'Mercusuar' Palu yang saya pimpin. Saat masih mahasiswa hingga lulus sarjana. Bersama saudara kembarnya: Yusran Yunus.
Selepas kuliah, Yusran Yunus bergabung dengan harian 'Bisnis Indonesia'. Meneruskan profesi sebagai jurnalis.
Yusrin yang berpindah haluan. Bekerja di perusahaan pakan ternak Wonokoyo di pabrik yang berada di Kalimantan. Sesuai bidang keilmuan yang ditekuni di perguruan tinggi.
Berpindah kuadran. Itulah yang dilakukan Yusrin. Bosan jadi karyawan, ia banting setir menjadi juragan. Pada usia yang masih sangat muda.(jto)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H