Insinyur peternakan itu mengambil keputusan yang sangat berani: Dari manager pabrik pakan ternak menjadi pengusaha kuliner rumahan. Meski tidak keren, Yusrin Yunus mengaku bangga menjadi pengusaha di kampung halamannya: Makassar.
Nasi kuning begitu popular di kawasan Indonesia Timur. Makanan yang satu ini mudah ditemukan di semua kota: Dari Sulawesi hingga Maluku.
Bila diperhatikan, hampir semua pedagang nasi kuning di Indonesia Timur berasal dari Sulawesi Selatan. Ada juga generasi kedua dan ketiga yang sudah berstatus warga lokal. Tetapi moyangnya dari Sulawesi Selatan.
Bagi masyarakat Sulawesi Selatan, nasi kuning merupakan menu makanan sehari-hari. Akhirnya nasi kuning identik dengan budaya kuliner Sulawesi Selatan.
Karena itu, jangan heran kalau di Makassar, begitu banyak orang yang menjual nasi kuning. Dari warung kaki lima hingga hotel bintang lima. Nasi kuning juga bisa diperoleh kapan saja: pagi, siang, sore dan malam. Di warung 'bagadang' menu nasi kuning tersedia selama 24 jam.
Dalam bisnis yang begitu banyak pemain itulah, Yusrin masuk. Alumni Universitas Tadulako itu mengusung brand 'Bunda' untuk produk nasi kuningnya.
Pemakaian brand dalam bisnis nasi kuning di Makassar merupakan sesuatu yang baru. Saat Yusrin memulai bisnis kulinernya, tiga tahun lalu, belum banyak pedagang nasi kuning yang 'sadar merk'.
Mayoritas pedagang hanya menggunakan istilah generik: 'nasi kuning' sebagai informasi warungnya. Bahkan pedagang kaki lima tidak memasang papan informasi sekali.
Berkat brand 'Bunda', nasi kuning produksi Yusrin lebih mudah diingat konsumen. Brand 'Bunda' menjadi keunggulan sekaligus pembeda nasi kuning buatan Yusrin dengan nasi kuning buatan pedagang lainnya.
Kiat Yusrin sekarang ditiru banyak pedagang nasi kuning. Bahkan brand 'Bunda' juga digunakan pedagang lainnya.