Mohon tunggu...
JTO
JTO Mohon Tunggu... wiraswasta -

Berpengalaman mengelola perusahaan penerbitan media cetak dan televisi lokal. Sekarang penulis, pengajar dan pengelola rumah produksi. Memberi pelatihan jurnalistik untuk wartawan dan praktisi kehumasan. Memberi konsultasi bisnis media dan strategi komunikasi. Menulis buku Bisnis Gila (2004) dan Akal Sehat Dahlan Iskan (2014), Semua Orang Bisa Sukses (2015) dan Investasi Mulia (2016) email: intartosaja@gmail.com. Blog: www.catatanmuriddahlan.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

VAR sebagai Mata Baru Wasit

23 Juni 2018   15:46 Diperbarui: 23 Juni 2018   16:05 851
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan layar Youtube/dokpri

Sudah dua kali saya melihat wasit di Piala Dunia 2018 memberikan kode baru. Setiap akan memutuskan sanksi, tetapi ragu-ragu. Kedua tangannya segera digerakkan. Membentuk gambar kotak. Dan minta waktu beberapa saat.

Saya melihat kali pertama saat pertandingan antara Iran melawan Spanyol, Jumat dini hari lalu. Menjelang akhir pertandingan babal kedua, pemain Iran menyarangkan bola ke gawang Spanyol.

Pemain Iran berselebrasi. Pendukungnya juga. Mereka mengira skor imbang: 1 - 1. Dengan skor itu, Iran memang membuka peluang lolos ke babak 8 besar. Satu gol itu bernilai "hidup-mati".

Pada saat yang sama: gol itu diprotes para pemain spanyol. Juga sebagian pendukungnya. Yang melihat kejadian sepersekian detik dalam kemelut di kotak penalti itu.

Katanya: gol itu tidak sah. Karena lebih dulu menyentuh tangan pemain Iran. Sebelum ditendang ke gawang Spanyol. Pemain Iran tampak tak mau mengakui. Atau pura-pura tidak tahu.

Wasit meniup peluit. Tapi terdengar ragu-ragu. Saat bersamaan dia membuat kode: gambar kotak. Dengan kedua tangannya.

Sepertinya wasit tidak melihat dengan jelas peristiwa sepersekian detik itu. Terhalang posisi beberapa pemain yang berjubel di depan gawang.

Setelah melihat kotak ajaib, wasit meniup peluit. Membatalkan gol. Kali ini pemain Iran tak protes lagi. Pendukungnya pun terkesiap. Skor pertandingan tak berubah. Iran kalah melawan Spanyol. Skor: 0-1.

Tangkapan layar Youtube/dokpri
Tangkapan layar Youtube/dokpri
Apa maksud kode gambar kotak itu? Saat itu saya masih belum paham. Tayangan di layar televisi tidak memperlihatkan apa yang dilakukan wasit dengan kode gambar kotak itu.

Akhirnya saya tahu. Arti kode gambar kotak itu. Saat menonton pertandingan antara kesebelasan Nigeria melawan Islandia. Sabtu dini hari.

Saat pertandingan babak kedua hampir usai, wasit meniup peluit memberi sanksi tendangan penalti untuk Nigeria. Karena menjegal pemain Islandia yang hendak menerobos gawang Nigeria.

Bunyi peluit itu diprotes semua pemain Nigeria. Yang berada di lini belakang. Juga sebagian penonton. Mereka tidak terima diberi sanksi tendangan penalti.

Tangkapan layar Youtube/dokpri
Tangkapan layar Youtube/dokpri
Wasit segera meniup peluit lagi. Sambil membuat kode gambar kotak. Rupanya minta waktu beberapa saat. Lalu berlari ke arah sebuah kotak.

Kali ini layar televisi menayangkan dengan jelas.  Apa yang dikerjakan wasit dengan kotak itu. Setelah melihat beberapa detik, wasit kembali memasuki lapangan. Sambil meniup peluit panjang. Dan tangannya menunjuk titik penalti.

Pemain Nigeria tak bisa mengelak lagi. Sayangnya eksekusi penalti itu tak membuahkan hasil. Islandia kalah 0-2 melawan Nigeria. Tersingkir pada babak 16 besar.

Kotak ajaib yang digunakan wasit itu rupanya sebuah alat perekam video yang dilengkapi sebuah layar monitor. Namanya: VAR (video assistance referee). VAR atau asisten wasit speak bola berfungsi untuk memberi informasi kepada wasit kepala dengan cara memperlihatkan rekaman video pertandingan secara seketika. Melalui alat itu, wasit bisa melihat kembali rekaman pertandingan yang dinilai bermasalah.

Dari rekaman yang ditayangkan ulang, jelas terlihat pelanggaran itu. Pemain Nigeria mengganjal pemain Islandia. Hingga tersungkur di samping gawang.

Dulu VAR si kotak ajaib itu tidak ada. Baru di pertandingan Piala Dunia di Russia ini digunakan. Atau dulu ada, tapi saya tak pernah melihatnya?

Dari penelusuran saya, ide penggunaan kota ajaib itu ternyata sudah cukup lama. Saat FIFA masih dipimpin Sepp Blatter. Meski sudah dicoba dalam beberapa pertandingan, secaa umum kehadiran si kota ajaib itu dipersoalkan berbagai pihak. VAR dinilai bisa membuat sepak bola kurang menarik. Kurang humanis. Misalnya: tidak ada lagi gol tangan tuhan.

Tahun 2011 lalu, perusahaan saya pernah mendapat pekerjaan mengabadikan momen-momen seperti itu. Dari PSSI. Tetapi videonya tidak langsung ditampilkan di layar. Yang ditempatkan di belakang bangku pemain cadangan itu.

Dalam setiap pertandingan, digunakan dua kamera. Satu kamera untuk mendokumentasikan situasi lapangan. Satu lagi khusus untuk mengikuti pergerakan bola. Close up.

Seusai pertandingan, kedua video itu diserahkan kepada komisi disiplin. Untuk memastikan wasit telah mengambil keputusan dengan benar. Atas peristiwa yang terjadi sebelumnya di lapangan bola.

Kotak ajaib di lapangan bola Russia ini sudah lebih maju. Karena menggunakan 33 kamera. Sebanyak 8 kamera di antaranya berjenis slow motion camera, 4 kamera lainnya berjenis ultra slow motion. Semua rekaman bisa ditonton seketika. Ini sangat membantu wasit. Terutama pada situasi kritis. Agar tidak terjadi putusan wasit yang kontroversi, terutama di kotak penalti.

Secara teknik, kotak ajaib itu sederhana saja. Kotak ajaib itu terhubung dengan master control. Yang merekam gambar dari kamera secara real time atau dilengkapi "live video recording system". Juga ditambah "video playback system". Agar video rekaman bisa diputar mundur.

Tak perlu impor kalau ada yang ingin melengkapi stadion dengan kotak ajaib seperti di Russia. Tenaga broadcast IT dalam negeri bisa membangun dan mengoperasikannya. (jto)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun