Gagal di budidaya udang, petambak di Pokdakan Muria desa Tunggul Sari kecamatan Tayu kabupaten Pati, Jawa tengah banting stir ke  ikan bandeng. Komoditas ini menjadi andalan pembudidaya selain ikan nila. Permintaan pasarnya terus meningkat sebagai bahan baku bandeng presto.
Sejak dahulu bandeng sudah menjadi ikan peliharaan di tambak air payau. Selain tidak mudah terserang penyakit, ikan bolu ini  mudah untuk dibudidayakan karena cenderung gampang beradaptasi dengan tempat baru. Teknologi budidaya bandeng  selama ini dilakukan cara tradisional turun-temurun. Hal inilah yang menyebabkan produksi belum meningkat secara signifikan.
Guna mendongkrak produksi dan pendapatan petambak maka dicoba budidaya bandeng teknologi semi intensif. Untuk memulai  bertambak bandeng semi intensif maka perlu lebih dahulu memahami teknik dasar budidaya dan cara menentukan lokasi yang cocok.
Untuk menentukan lokasi tambak yang cocok dalam budidaya bandeng semi intensif paling tidak letak lokasi mudah dijangkau dan tidak berdekatan dengan sumber buangan limbah industri.
 Selain itu tekstur tanah harus liat dan sedikit pasir agar pematang tambak kuat untuk menahan beban volume air tambak pada saat proses budidaya. Syarat untuk pintu air bisa terbuat dari kayu atau menggunakan pipa paralon yang mampu mensuplai dan membuang cepat air tambak pada saat mau dikeringkan.
Perssiapan lahan tambak teknologi semi intensif pada pronsifnya sama dengan persiapan lahan tambak tradisional. Pada umumnya dilakukan pengeringan 7-15 hari, perbaaikan pematang dan pintu air, pengangkatan lumpur di parit keliling (caren), pemupukan dasar untuk menumbuhkan makanan alami berupa klekap. Jika pH tanah dasar tambak kurang dari angka 7 maka diperlukan pengapuran agar pH tanah menjadi normal (7-8).
Jika tambak sudah kering total maka dilakukan pemasukan air bertahap. Pada tahap pertama airr dimasukkan hingga ketinggian 20 cm di atas pelataran tambak bersamaan dilakukan pemupukan dasar brupa pupuk organik (kompos), urea dan SP36. Air tambak dibiarkan menguap hingga kering sendiri namun tanah dasar tambak tetap berair macak-macak.Â
Setelah tanah dasar mulai warna hijau artinya makanan alami berupa klekap mulai tumbuh maka selanjutnya dilakukan pemasukan air hingga ketinggian 40-70 cm. Tinggi air dipertahan agar ketersediaan makanan alami tetap hingga umur bandeng sampai dua bulan di tambak sebelum diberi pakan tambahan.
Makanan alami berupa klekap dan plankton sudah tumbuh subur maka dapat dilakukan penebarab gelondongan bandeng ukuran 5-7 cm diusahakan ukurannya seragam agar pertumbuhannya juga seragam.Â
Ciri-ciri gelondongan bandeng yang sehat antara lain tidak ada cacat tubuh, gerakan lincah, mampu melawan arus, memiliki respon ketika disentuh dan merespon ketika diberi pakan. Penebaran sebanyak 15.000 ekor/hektare pada pagi atau sore hari saat suhu udara rendah, lakukan dengan perlahan agar gelondongan bandeng dapat beradaptasi dengan suhu dan salinitas tambak.Â
Letakkan kantong benih di atas air tambak dan biarkan nener keluar dengan sendirinya yang menandakan ia telah mampu adaptasi dengan lingkungan baru.
Perkembangan nener tergantung dari padatnya penebaran, ketersediaan makanan alami dan kualitas air tambak. Pemberian pakan tambahan berupa pellet apung dilakukan pada umur 60 hari sejak tebar hingga panen ukuran size 2-3 ekor/kg . Demikian juga operasional kincir air dilakukan berdasarkan kondisi ketersediaan oksigen terlarut dalam tambak.
Hasil analisis tambak satu hektar di Pokdakan Muria kabupaten Pati, Jawa tengah mampu mengantongi laba bersih Rp.33,300 juta setiap siklus. Sedangkan biaya operasional yang digunakan sebesar Rp.98,670 juta terdiri dari biaya persiapan lahan Rp.2 juta, obat dan pupuk Rp.2 juta, gelondongan bandeng Rp.2,250 juta, pakan Rp.79,920 juta, solar untuk mesin kincir Rp 4 juta, tenaga kerja dan sewa tambak Rp.8,5 juta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H