Mohon tunggu...
de Gegan
de Gegan Mohon Tunggu... Petani - LAbuan Bajo | Petani Rempah
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis apa saja dari kampung. Agar dibaca oleh orang orang kampung lainnya, yang kebetulan berada di kota atau di sebelah lingkaran bumi ini.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pakde Jokowi, Bertolaklah Ketempat yang Lebih Dalam

27 Oktober 2019   04:11 Diperbarui: 28 Oktober 2019   01:10 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahwa akan ada banyak tantangan, pekerjaan maupun tugas( sesuai janji politik Jokowi) yang harus ditunaikan dan dipertanggungjawabkan. Sebagai pemimpin bangsa, tentunya Jokowi punya target serta segudang ambiusius dan optimisme untuk mewujudkannya. Kewajiban kita sebagai warga negara sudikiranya mendukung serta bekerjasama dengan pemerintah untuk mewujudkan cita-cita dan keinginan itu.

Banyak elit dinegeri ini yang acap kali menggunakan nama rakyat sebagai modus operandi syahwat politiknya. Ya begitulah, kalau tidak mengkapitalisasi nama rakyat, pasti tidak laku dong!. Ditambah lagi lantangnya teriakan dari atas podium: "Suara rakyat adalah suara Tuhan!" , gurihnya bukan main.

Tapi sepenuhnya saya berkeyakinan bahwa, bila mengacah pada masa pemerintahan sebelumnya, Pakde Jokowi sudah berada pada rute "suara Tuhan" itu sendiri. Kendati tak semua suara Tuhan itu bisa diakomodir, mungkin separuhnya saja. Tapi tak apalah, setidaknya efektivitas kerja diperiode awal masih bisa dinikmati secara bersama-sama.

Menjadi pemimpin atau penguasa berarti siap memikul beban berat. Harus bisa menjaga amanah, dan sebisanya bertindak baik dan berbudi pekerti. Penguasa juga diberi kewenangan yang besar untuk mengatur dan mengurus kekayaan negara agar bisa dikelola dan bermanfaat untuk kepentingan dan kemaslahatan rakyat. Dan yang tidak kalah penting ialah bagaimana menyelesaikan problematika bangsa yang menguliti masyarakat kita selepas pilpres kemarin.

Saat ini kita tengah berada didalam kondisi politik yang 'galau' bukan kepalang. Baik galau karena perpecahan, permusuhan hingga galau karena merasa diri tidak diperhitungkan, kendati sudah berjuang 'berdarah-darah' semasa pilpres kemarin. Prinsipnya ialah bagaimana usaha kedepannya untuk merekatkan kembali apa yang sudah terurai.

"Karena awalnya, politik dimaksudkan untuk mengatur dan mengendalikan kekuasaan sebuah pemerintahan demi melindungi dan menyejahterakan warganya".

Pada akhirnya, kemuliaan seseorang pemimpin tidak ditentukan oleh tingginya jabatan atau melimpahnya harta, melainkan oleh kualitas ahlaknya. 

Jangan takut dan gentar, kita rebut kejayaan itu. Tteruslah"Bertolak ketempat yang lebih dalam", Pakde Jokowi. Tuhan memberkati..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun