Mohon tunggu...
de Gegan
de Gegan Mohon Tunggu... Petani - LAbuan Bajo | Petani Rempah
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis apa saja dari kampung. Agar dibaca oleh orang orang kampung lainnya, yang kebetulan berada di kota atau di sebelah lingkaran bumi ini.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Kemiskinan dan Diskursus Buruk Pertanian di NTT

8 Oktober 2019   02:09 Diperbarui: 10 Oktober 2019   04:03 663
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
images Nilai Tukar Petani(NPT) NTT-Maret 2018 (foto BPS NTT)

Keberhasilan pembangunan  tidak hanya dinilai dari tinggi rendahnya penyerapan anggaran akhir tahun, tetapi seberapa besar dampak pembangunan yang dilakukan teehadap pertumbuhan ekonomi dimasyarakat yang menjadi poin yang lebih penting.

Dan ketiga, Sinergi dan Ego sektoral. Pembangunan disktor pertanian selama ini masih belum menunjukan adanya sinergitas antar seluruh stakeholder. Sinergi antar bidang pembangunan sangat diperlukan demi kelancaraan pelaksanaan dan tercapainya secara efektif dan efesien.

Demikian pula dengan adanya indikasi ego sektoral didalam suatu pengelolaan pembangunan. Suatu sektor merasa lebih superior dibandingkan sektor-sektor yang lainnya.

Kondisi inilah yang penulis katakan, oleh karena belum adanya transparansi pembagian tugas dan fungsi instansi-instansi pertanian, yang mengakibatkan tumpang tindih kebijakan dan kekuasaan. Pembangunan masing-masing sektor yang berdiri sendiri akan sulit mencapai keberhasilan.

Konkretnya, program-program pertanian yang dilakukan dan diterapkan di NTT harus ditunjang oleh semua sektor-sektor terkait.

Sudah saatnya pemerintah NTT lebih serius memperhatikan petani. Petani jangan lagi dijadikan obyek pembangunan, politik dan kekuasaan. 

Perencanaan pembangunan kedepan semestinya mengakomodasi konsep pemberdayaan dan partisipatif petani sebagai subyek dari kemiskinan itu sendiri.

Dengan itu, saya berharap semoga dimasa yang akan datang para petani NTT akan lebih sejahtera. Salam!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun