Sophia(sopi asli) adalah salah satu merk minuman keras (red:beralkohol) dari pulau Flores-NTT yang baru-baru ini resmi diluncurkan oleh pihak Pemprov NTT bekerja sama dengan Universitas Nusa Cendana (Undana) kupang. Proses riset hingga pembuatan Sophia memerlukan waktu cukup lama dengan melibatkan empat profesor ahli dari Undana.
Sophia terbuat dari tanaman siwalan pohon lontar dan enau. Kadar alkohol yang tekandung dalam Sophia mencapai 35 hingga 40 persen.
Minuman sejenis Sophia ini mempunyai banyak sebutan lokal seperti sopi, tuak, BM dan moke. Tetapi nama yang paling familiar dan menjadi ciri khas dari Pulau Flores adalah sopi. Sopi adalah simbol adat, persaudaraan dan pergaulan bagi kami masyarakat Flores. Sopi adalah Arak Tradisional Lambang Persaudaraan di NTT.
Hampir sebagian besar penduduk di Pulau Flores  menggantungkan ekonomi rumah tangga dari perkebunan dan produksi sopi. Pun anak-anak warga dapat bersekolah hingga bangku perguruan tinggi karena ditopang oleh usaha sopi ini. Lagi pula sopi juga menjadi salah satu syarat dan proporsinya sangat penting dalam proses ritual adat.
Konsumsi sopi di Pulau Flores dan di NTT secara keseluruhan sangatlah tinggi. Terkhusus bagi kami di Pulau Flores sudah menganggap sopi ini sama kedudukannya dengan kopi. Jadi untuk setiap tamu yang datang, pasti kami tawari minum sopi atau kopi.
Kendati demikian dalam kehidupan kontekstual masyarakat NTT, pengaruh menenggak sopi ini sama sekali tidak menciptakan situasi kacau dan kondisi lingkungan yang tidak kondusif. Menenggak sopi ini tidak akan membuat masyarakat berperilaku diskriminatif, melakukan persekusi dan kekerasan berbau SARA.
Perlakuan petani akan pohon enau penghasil sopi ini sedikit berbeda dengan pohon alami lain. Pada umumnya, petani membiarkan pohon enau (mike) tumbuh dan berkembang secara alami di kebun lahan kering. Biasanya, mereka tidak memusnahkan saat pembersihan lahan siap tanam.
Tanaman yang satu ini tidak ditebang. Hanya membersihkan sekitar pohon sekali dalam musim tanam. Tumbuhan ini dibiarkan hidup. Tidak ada upaya menaburi pupuk. Tiada usaha membudidayakan. Juga tidak ada perlakuan khusus walaupun memberikan banyak manfaat bagi tuan kebun.
Binatang Musang menabur biji pohon enau, manusia menuai hasil setelah menjadi besar. Musang memakan buah pohon enau lantas bijinya dibiarkan jatuh ke tanah. Hewan inilah yang mengambil buahnya sebagai salah satu makanan. Buah dibawa pergi ke tempat-tempat yang aman buat makanan. Biji-biji enau dibiarkan jatuh ke tanah.
Lama kemudian biji-biji itu tumbuh dan berkembang. Dengan demikian binatang Musang secara tidal sengaja seakan menabur biji enau ke tanah. Ada biji yang ditaburi di ladang atau di hutan belukar dekat kebun petani. Ketika biji itu bertumbuh menjadi besar maka manusia pada umumnya atau petani khususnya memanfaatkan bagian-bagian dari pohon enau.