"Jangan biarkan orang mati kesepian, kalau tidak mau mati kesepian!"Â
Itu omelan Mama kepada Asiong yang dilayangkan setiap tahun di waktu yang sama, antara pertengahan maret hingga awal April. Alasannya? Sudah lebih dari dua dasawarsa, anaknya itu tidak pernah lagi menginjak perkuburan China.
Apakah Asiong peduli? Setidaknya, kakaknya yang bernama Akuang peduli.
Saban tahun, hatinya selalu miris mendengarkan omelan Mama. Untuk itu juga lah setiap tahunnya ia selalu mendorong Asiong untuk menuruti nasihat sang Mama.Â
Sebagai anak tertua, Akuang merasa punya kewajiban untuk membahagiakan ibunya. Tentunya bukan tanpa alasan. Ia berpegang teguh kepada prinsip Xiao, yang berarti kesalehan berbakti kepada orangtua.Â
Adapun festival Chengbeng yang dirayakan oleh orang-orang Tionghoa merupakan perayaan kedua terpenting setelah Imlek. Pada saat itu, para keluarga akan melakukan ziarah kubur, membersihkan makam, sekaligus menghormati keluarga yang sudah mendiang.Â
Itulah mengapa perayaan ini penting, sebagai tanda bakti kepada para leluhur. Setidaknya, ini menurut ajaran Konfusius.
**
Akuang selalu heran. mengapa Asiong selalu menangis setiap kali ia menyebut kata kuburan China di hadapan adiknya itu. Jika sudah demikian, Asiong akan mulai meracau tentang sosok perempuan iblis yang selalu ingin menariknya masuk ke dalam kubur.Â
Akuang masih ingat kejadian itu. Saat adiknya masih berusia 10 tahun. Saat anggota keluarganya sedang sibuk-sibuknya mengatur barang sembahyangan, Asiong berkeliaran seorang diri, melangkah di antara bongpay, dan tanah gembur yang masih basah. Mungkin saking asyiknya bermain gim, ia tidak menyadari jika ada lubang menganga di hadapannya.