Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Menjelang Kelahiran sang Perawan Vestal

19 Juli 2024   20:05 Diperbarui: 19 Juli 2024   20:10 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Kaos Novel KAPV (sumber: dokpri)

Jia bukanlah petugas sensus yang harus mengisi kolom status agama, melainkan ia adalah seseorang yang bertugas sebagai editor. Pertanyaannya itu berdasarkan penemuannya: Segara sholat, lalu sekonyong-konyong (mungkin karena amnesia), ia sudah berada di altar gereja dan bertugas sebagai altar boy. Fasih pula! Amsiong!

Ini hanya salah satu contoh. Masih ada beberapa lagi yang tidak boleh saya sebutkan. Karena, atas nama lekuk tubuh dan selera persetubuhan, tidak eloklah aku ceritakan di sini.

Singkatnya, kami akhirnya menghubungi dua penulis yang kisahnya harus dirombak total. Syukur-syukur mereka paham, dan mungkin juga tidak peduli, karena sudah lupa dengan apa yang sudah pernah mereka tulis.

Sekali lagi, selanjutnya apa?

Memilih penerbit. Aku dan Jia punya ide yang sama. Bagaimana jika novel ini kita ajukan lagi ke penerbit mayor. Total ada sekitar delapan hingga sembilan penerbit di benak kami. Namun, ide ini akhirnya urung dilakukan. Karena itu akan membuat novel ini tertunda lagi penerbitannya. Untuk menunggu kabar bahwa naskah diterima atau tidak saja, tiga bulan sudah termasuk cepat. Syukur-syukur malah bisa berkabar.

Kepiawaian penulis tidak menjamin bukunya bisa dilirik oleh penerbit mayor. Terkadang harus ada unsur keberuntungan. Terkadang juga popularitas adalah prioritas. Tidaklah mengherankan dan tidak usahlah Anda misuh-misuh. Buntut-buntutnya, penerbit harus memastikan investasi mereka bisa balik modal. Menjadi selektif itu masuk akal.

Akhirnya kami memilih penerbit yang sekarang ini. Aku tidak menyebutkan nama, karena bisa dianggap promosi. Tapi, pilihan kami tepat. Penerbit indie serasa mayor. Pelayanan mereka profesional dan memuaskan. Hasil cetakan buku pun bagus. Dan, yang terpenting, harganya tidak mahal.

Untuk ketiga kalinya, selanjutnya apa?

Aku dan Mba Widz memikirkan cara, bagaimana agar novel ini bisa laku. Untungnya, penerbit kami memberikan support. Kami bisa menjualnya di toko online. Hanya dipotong komisi oleh reseller. Penerbit juga membantu kami promosi di akun IG mereka. Lumayan, sekitar 17,2k pengikut.

Bookstagram juga menjadi pillihan. Beberapa telah kupilih. Mungkin sebentar lagi akan naik promosi.

Laku?

Setidaknya penjualan perdana kami mencapai 125 eksemplar. Meskipun yang beli adalah para penulis sendiri. Sisanya? Walahualam. Semoga saja jumlahnya bertambah.

Bagaimana dengan cuan?

Cuan penulis adalah keuntungan yang didapat dari hasil penjualan buku. Ringkasnya adalah perbedaan antara harga modal (ongkos cetak) dan harga jual. Berapa pun itu. Mba Widz memutuskan untuk memberi kesempatan kepada penulis untuk membeli buku ini dengan harga modal. Kalau pun penulis mau untung, biarlah cuan menjadi milik mereka.

Lalu, sebagai inisiator Mba Widz dapat apa?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun