Beberapa saat yang lalu, ada seorang pengusaha nasional yang mengklaim bahwa 7 juta orang Tionghoa memiliki pilihan yang sama. Cerita ini viral, sehingga seorang tokoh Masyarakat Tionghoa lainnya pun marah. Ia berkata jika pilihannya tidak diwakili oleh si pengusaha.
Saya setuju. Dan, itu sudah kujelaskan. Tidak ada seorang pun yang mampu menjamin bahwa semua warga Tionghoa memiliki pilihan yang sama.
Tionghoa Bisa Didefenisikan
Sebagaimana 'ancaman' kepada sahabatku yang sudah keceritakan tadi, sebuah wilayah tidak bisa dijadikan patokan sebagai representase pilihan Tionghoa. Apakah ada yang benar-benar namanya kampung cina? Jika iya, hal tersebut tidak akan mampu merepresentasekan pilihan orang Tionghoa secara nasional.
Tionghoa Cukong Penguasa
Ada beberapa pengusaha nasional yang kerap dituding sebagai cukong penguasa. Kehadiran mereka sebelum pilpres seolah-olah melegitimasi bahwa itu adalah kepentingan orang Tionghoa. Apapun namanya, mau Sembilan Naga atau Sembilan Cacing. Sobat, kalaupun ada yang melakukannya, saya yakin jika itu adalah keputusan pribadi. Sama sekali tidak mewakili warga Tionghoa.
Tionghoa Apolitis
Salah seorang kawan saya masih yakin jika pilihan presiden tidak akan membawa perubahan kepada kehidupan warga Tionghoa. Oleh sebabnya, ia tidak pernah masuk ke dalam bilik suara. Ia mungkin hanya salah satu dari sekian banyak warga lainnya. Mungkin saja karena masih dipengaruhi oleh trauma masa lalu saat politik masih dianggap tabu bagi sebagian kalangan.
Namun, untuk saat ini saya rasa sudah tidak relevan lagi. Kehidupan warga Indonesia secara umum juga mewakili kaum "mata sipit minoritas" yang berada di antaranya. Anda hanya belum bertemu dengan teman militan yang selalu berkoar-koar untuk tidak lupa memilih.
Tionghoa Punya Pengaruh Politik Secara Ekonomi
Kembali kepada situasi di Kecamatan Sipit. Salah seorang kawan mematahkan argumenku. Memang benar, penduduk Cinanya sudah bukan lagi mayoritas. Tapi, mereka punya puluhan hingga ribuan karyawan yang bisa dipengaruhi.
Saya ngakak. Sebabnya saya tidak pernah peduli dengan pilihan karyawan saya. Mau nomor 1,2, atau 3, yang penting nyoblos. Namun, secara logika berpikir. Adakah seorang pengusaha yang bisa memaksa karyawannya untuk memilih pilihan yang ia anggap ideal? Jawab saja sendiri.
**
Kendati demikian, ada juga benarnya jika orang Tionghoa memiliki pilihan yang homogen. Mereka mempunyai harapan yang sama terhadap sosok pemimpin masa depan. Ini tidak bisa dipungkiri, dan hampir pasti benar.
Calon Presiden Siapakah Itu?