Pokoknya, tahun 2021 merupakan puncak-puncak produktivitasku. Terinsipirasi oleh duo legendaris, Pak Tjip dan Bunda Rose, saya mencoba menantang diriku sendiri; One day one article.
Ternyata bisa!
Ada sekitar 580an tulisan yang kubuat dalam rentan waktu setahun. Tulisan-tulisan itu juga mendapat sambutan hangat, bisa terukur dari jumlah keterbacaan. Thus, sebagai hasilnya, pada akhir 2021 saya masuk sebagai salah satu "Kompasianer dengan tulisan yang paling banyak dibaca."
Perjalanan berlanjut, memasuki tahun 2022, Tahun Penuh Kejutan
Masih tetap sama, genre Palu Gada masih kuusung kuat. Konsistensi membuahkan hasil. Setidaknya ada tiga artikel yang dibaca hingga ratusan ribu kali, dan satu tulisan tentang minyak goreng menyentuh angka 1,6 juta keterbacaan.
Namun, frekuensi menulis lebih berkurang. Dalam kurun waktu setahun itu, aku hanya berhasil menelurkan sekitar 350-400 tulisan. Meskipun demikian, hasil karyaku masih bisa diperhitungkan. Lalu, title The Most Viewed pun masih melekat untuk dua tahun berturut-turut.
Memasuki akhir 2023, Tahun yang Berbeda
Aku tercengang! Baru sadar sekarang, saat akhir tahun sudah mendekati. Ternyata tulisanku di Kompasiana hanya sekitar 40an. Jumlah yang menurun drastis. Padahal di tahun-tahun sebelumnya, satu bulan bisa minimal 25 tulisan.
Apa yang terjadi? Â
Sebenarnya, aktivitas menulis saya tidak berkurang. Sampai hari ini, masih tiada hari tanpa menulis. Hanya saja, bukan di Kompasiana, melainkan rangkaian-rangkaian kisah berseri yang kurajut menjadi sebuah kisah utuh.
Setelah menyelesaikan novel pertama Berdansa dengan Kematian, yang diterbitkan oleh Elex Media pada bulan Mei 2023, saya masih melanjut dengan empat novel lagi.
Dua sudah utuh dan sementara dikurasi oleh penerbit, yakni Qi-Sha dan Chuang Bali: Jomlo dan Pei-jit. Sementara dua lagi masih sementara dikerjakan. Rencana judulnya adalah Petabhumi (atau opsi lainnya, Nuwa-Nuxi) dan De Oud Ziel.
Dari keempatnya, tiga novel bergenre mistery thriller, dan satu lagi yang judulnya Chuang Bali bertemakan humor.