Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Makassar Pilihan

Saat Ati Raja Diiringi Tarian Barongsai, Retrospeksi Budaya pun Melebur

27 Oktober 2023   05:47 Diperbarui: 27 Oktober 2023   05:58 560
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahkan pikiranku mengembara lebih jauh lagi. Bukan saja tentang asimilasi, pembauran, atau apapun namanya. Tapi, tentang siapa diriku yang sebenarnya.

Sebagaimana kutipan dari Jawarhalal Nehru, "Budaya adalah pelebaran pikiran dan jiwa," begitulah yang aku rasakan, dan mungkin juga disetujui oleh para keturunan Tionghoa lainnya.

Akulturasi telah mengubah warga keturunan Tionghoa menjadi manusia Indonesia seutuhnya. Tionghoa adalah leluhur, cukup sampai di sini. Aku lahir di bumi Nusantara, di tanah tempat bersemilirnya anging mamiri.

Sejenak aku berpikir. Mungkin inilah yang dinamakan Retrospeksi. Melihat kembali bagaimana Makassar bertumbuh dari hasil kawin campur budaya beberapa etnis yang mendiami kota ini.

Perlukah digaungkan? Tentu saja. Setidaknya itu yang dakar dilakukan oleh kawan-kawan dari LSABS Parewabessi.

"Karakter budaya etnis Tionghoa yang khas telah berjalan dan berinteraksi dengan karakter khas budaya Bugis Makassar. Itu membutuhkan perhatian," cetus Andi Oddang. Ia adalah ketua panitia.

Acara Retrospeksi Budaya Etnis Tionghoa dan Bugis Makassar (Dokpri)
Acara Retrospeksi Budaya Etnis Tionghoa dan Bugis Makassar (Dokpri)

Fort Roterdam, 21 Oktober 2023

Se're... Se're ji batara baule'
Ati raja....
Nakki jaiiii... Pa'nganroooi rikodong
Rajale'e.... leleeeee kereaminjo

Suara merdu terdengar dari seorang penyanyi, diiringi dengan musik langgam yang merdu. Aku tahu lagu itu! Judulnya Ati Raja. Ia mengingatkanku dengan almarhum kakek. Suara cengkok melayu khas mendayu-dayu, berbahasa Makassar yang selalu menemani kopi paginya.

Pernah aku tanyakan padanya. Ia bilang jika lagu itu tentang rasa syukur. Aku pun diam. Wajar saja, rasa syukur terlalu dalam maknanya bagi seorang bocah seperti diriku. Namun, di malam itu, di Fort Roterdam, rasa syukur itu baru saja membuka wajahnya yang baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Makassar Selengkapnya
Lihat Makassar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun