Kalimat ini terdengar dari dalam batok kepalaku saat berpikiran seperti itu. Tentu saja tidak menggangguku, karena aku sepenuhnya sadar bahwa aku bukanlah seorang pembunuh psycho.
Namun, si Banyu Biru berhasil membuatku seperti itu. Paling tidak untuk sesaat. Kala saya membaca cerpennya. Bagi, saya inilah faktor yang paling penting yang membuatku memilih cerpen ini sebagai pemenang.
Yang lebih keren lagi. Meskipun cerpen ini bisa bikin mual, tetapi Banyu Biru berhasil memilih diksi yang tidak bikin muak. Ngeri tapi elegan.
Bonus poin selanjutnya adalah. Karakter yang ia ciptakan. Seorang psycho killer yang bengis, tetapi tetap manusiawi. Si Banyu Biru berhasil mengangkat sisi manusiawinya dengan mengulik kelemahannya, kegundahan hatinya, dalam melakukan aksi kejam. Membuat sang karakter menjadi lebih nyata, hadir dalam kehidupan.
Baca juga:Â Cerpen Nikmat Kematian
Nah, aku melihat peluang untuk mengembangkan karakter ini. Sangat luas, sehingga bisa dijadikan salah satu tokoh utama dalam novelku. Kebetulan aku sudah memunculkan salah satu tokoh antagonis. Seorang pemimpin dunia bawah tanah yang bengis, namun terkadang juga humanis.
Aku sudah punya nama untuk tokoh tersebut. Tentu atas izin beliau. Namanya Aki Hensa. Ha? Kompasianer.
Iya. Kompasianer AkiHensa. Sebagaimana kebiasaanku selalu mencari nama dari para Kompasianer untuk novel-novelku. Tersebab, aku kan Kompasianer. Hehehe.
Jadi, jika si Rapael Sianturi ini tidak keberatan. Aku ingin juga memasukkan namanya sebagai salah satu karakter. Apakah hanya sebagai salah satu tokoh penting, atau hanya cameo saja. Tentu saja atas izin beliau. Nanti saja aku menghubunginya langsung.
Selamat ya Banyu Biru. Sebagai penulis fiksi, aku rasa kamu sudah memiliki paket lengkap.
Tunggu kedatangan novel Berdansa dengan Kematian di depan rumahmu. Semoga engkau berkenan juga menuliskan resensi untuk novel tersebut.