Langkah-langkah tersebut sebenarnya sesuai dengan seleraku. Termasuk gayaku menulis novel. Mari kita Simak.
Lead
Pada awal membaca seluruh naskah yang masuk, saya menetapkan diriku sebagai orang bloong yang tidak suka membaca cerpen. Saya juga mencegah mencari tahu, siapa sih penulisnya. Ini untuk menjaga independensi dari penjurian.
Jika 150 kata pertama berhasil menarik perhatianku, maka tulisan itu akan mendapatkan plus poin. Jika tidak pun, saya tetap "memaksa" diriku membacanya.
Bahasa
Saya bukan pujangga, dan bukan juga penulis yang kaya akan diksi. Namun, beberapa orang melihatnya letak kekuatanku. Novel-novel yang aku karyakan tidak menggunakan bahasa yang ribet. Membuat alur kisah mengalir tanpa harus mengernyitkan dahi.
Sebabnya, novel misteri, horor, thriller, atau sejenisnya memang harus demikian. Jika terlalu banyak bahasa sastra, suasana mencekam yang ingin disampaikan akan buyar. Pembaca lebih banyak berkutat dengan diksi-diksi asing, ketimbang menikmati alur cerita.
Pun halnya dengan pemilihan kalimat. Saya selalu memilih kalimat pendek dan sedang. Bagi saya, itu bisa membuat pembaca lebih betah membacanya. Senada dengan aliran adrenalin.
Ide yang Unik
Sedari awal membuat draft BDK, saya sudah bertekad bahwa novel ini tidak bisa biasa-biasa saja. Dengan kata lain, bukan ide yang itu-itu saja. Semacam jumpscare yang gak jelas atau kisah tentang hantu penasaran yang tidak memiliki perasaan. Taunya cuman nakut-nakutin manusia doang.
Alhasil, saya banyak menggunakan bumbu twist plot dalam kisahku. Saya mengibaratkan diriku sebagai seorang supir, membawa penumpang melalui lorong berliku dan jalan tikus, alih-alih menempuh jalan raya yang sudah umum dilalui.