Bagaimana kalau cawapres Prabowo bukan Muhaimin. Nah, kemungkinan terdekat adalah Airlangga Hartanto dan Erick Thohir.
Dari kedua nama ini, nama Airlangga Hartanto memiliki peluang yang lebih besar. Persentase dari ketiga paslon berubah cukup drastis. Anies-AHY naik menjadi 19%. Sementara Prabowo-Airlangga masih berada di urutan kedua, tapi persentasenya jauh membaik. Mencapai angka 39%. Pemenangnya masih Ganjar-Sandiaga dengan 42%.
Catatan: Saya tidak lagi menunjukkan hasil perhitungan kemungkinan paslon Prabowo-Erick, karena nilainya masih lebih kecil daripada paslon Prabowo-Airlangga.
Apakah Anies mau menerima nasib? Bagaimana jika AHY tidak memberikan kontribusi yang signifikan terhadap elektabilitasnya?
Saya sempat bertanya kepada seorang kawan dari salah satu partai pengusung Anies. Ia mengaku jika sampai sekarang, kondisi politik cawapres Anies masih sangat dinamis. Namun, ia memperkirakan ada 2 nama selain AHY.
Saya lalu menganalis dua nama tersebut. Dan, mengerucut kepada satu nama yang paling kuat. Dan, pemenangnya adalah Khofifah Indah Parawansa.
Andaikan Anies memilih Gubernur Jawa Timur ini sebagai wakilnya, tetap saja rasionya tidak dominan melawan paslon lainnya. Namun, setidaknya bisa menciptakan pertempuran yang sengit dengan Ganjar-Sandiaga, dan Prabowo-Airlangga.
Nah, ada satu pertanyaan terakhir lagi nih.
Jika Prabowo ingin memenangkan konstelasi politik lima tahunan ini dengan suara dominan, cawapres siapakah yang harus ia pilih menurut versi Numerologi?
Saya sudah mengantongi satu nama. Nama yang cukup dikenal. Tapi, biarlah itu menjadi rahasiaku sendiri. Yang pasti, nama itu sudah beredar di kalangan bursa cawapres. Bisa saja, Mahfud MD, Ridwan Kamil, atau jangan-jangan nama yang kamu, kamu, dan kamu tidak sangka-sangka. Eh...
**