Akan tetapi, menarik melihat bagaimana sosok Yi-huang Da-die terbentuk. Ia berasal dari pemikiran para cendekiawan zaman dulu. Meskipun, eksistensinya masih belum terbuktikan.
Demikian pula dengan penggambarannya. Dalam catatan sastra kuno, seringkali disebutkan jika Yi-huang Da-die adalah sosok berwibawa dan super power. Sebagaimana dalam kepercayaan kuno Tionghoa terhadap dewa dapur.
Kepercayaan ini masih dianut sampai sekarang. Konon dewa dapur adalah seseorang yang akan melapor semua kebaikan dan keburukan manusia kepada Kaisar Langit, sesaat menjelang imlek. Lalu, sang Penguasa Tertinggi inilah yang kemudian menentukan apakah seseorang pantas diberikan hadiah atau hukuman.
Namun di sisi lain, Yi-huang Da-die digambarkan sebagai sosok yang lemah. Sebagaimana pada kisah Sung Go Kong. Melawan seekor siluman sakti saja ia tidak kompeten. Bagaimana bisa memerintah nasib para umat manusia.
Kendati demikian, kisah telah dibuat. Kepercayaan telah terbentuk. Mungkin ada yang meragukan. Eksistensi Kaisar Langit sudah tidak sesuai dengan perkembangan zaman lagi. Tidak masuk akal dan tidak relevan.
Tapi, saya tetap meyakini dan memujanya. Bukan karena perintah orangtua saya. Melainkan karena makna filsafat yang tertera padanya. Tentang seluruh kebaikan, kasih sayang, keadilan, kebijaksanaan, dan hal-hal lainnya.
Bukankah setiap agama dan suku juga mengagungkan sifat-sifat positif yang terkandung pada sosok Yi-huang Da-die?
Ah, sudahlah. Saatnya membakar dupa, mengacungkan ke langit. Semoga berkah Kaisar Langit dapat merasukiku dan aku akan menjadi seseorang yang lebih baik lagi dari yang kemarin.
**
Acek Rudy for Kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H