Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

Tips Menjalankan Toko Buku dari Mantan Pengusaha Gagal

30 Mei 2023   07:50 Diperbarui: 30 Mei 2023   18:01 1669
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tips Menjalankan Toko Buku dari Mantan Pengusaha yang Gagal (gambar: nytimes.com)

Kedua. Saya kok tertarik dengan konsep jual beli buku bekas ya? Nah, kita bisa membuka kesempatan kepada masyarakat yang ingin menjual buku bekas milik mereka. Sebagai pemilik toko, kita bisa menjadi orang tengah untuk menghubungkan pemilik buku dengan pelanggan yang mungkin tertarik.

Ketiga. Kerja sama dengan penerbit indie dan penulisnya langsung.

Tren penerbit indie muncul bagaikan jamur di musim hujan. Hal ini disebabkan karena perubahan pasar. Banyak penulis yang ingin berekspresi, tapi mereka terkendala dengan syarat yang sulit yang diberlakukan oleh penerbit mayor. Sebagai jalan singkat, penerbit indie pun menjadi pilihan. Selain karena syarat yang tidak jelimet, modal percetakan yang harus dirogoh pun tidak memberatkan.

Mengapa tidak memberikan ruang bagi para penulis dan penerbit indie? Harga mereka cukup murah dan kualitasnya pun bagus. Para penulis juga tentu senang jika buku mereka terpajang di rak buku. Tidak perlu sekelas Gramedia, cukup toko buku kecil merek Acek Rudy. Eh...

Servis Tambahan.

Toko buku tidak hanya melulu jualan buku. Ada tambahan-tambahan servis yang membuat pengunjung tertarik. Salah satu yang paling populer adalah menggabungkan konsep kafe kekinian.

Anda bisa mencontohinya. Tidak perlu terlalu mewah. Sepanjang makanan dan minuman sederhana tersedia, itu sudah cukup. Saya punya ide tambahan terkait hal ini. Dan, ini sedikit menyentuh kepada persoalan idealisme.

Bukankah salah satu tujuan dari toko buku adalah menumbuhkan minat baca masyrakat? Nah, mengapa tidak membiarkan pengunjung membaca sepuasnya jika mereka memesan segelas kopi di kafe. Atau, sebaliknya. Jika mereka membeli buku, maka segelas kopi jahe akan menjadi bonus.

Kolaborasi

Saya membaca artikel di BBC. Tentang kisah sukses Tjio Wie Tay, pemilik Toko Buku Gunung Agung (GA). Di zamannya, ia mengadakan pameran buku besar-besaran. Menarik minat baca dan sekaligus memperkenalkan eksistensi GA.

Sampai saat ini, pameran buku fisik masih menarik perhatian. Selalu ramai dikunjungi dan membuktikan bahwa minat baca masyarakat belumlah punah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun