Setahu saya, toko buku GA tidak memiliki perusahaan penerbitan sendiri. Sehingga deal-deal yang mereka dapat dari penerbit tentunya berbeda dengan toko buku lainnya yang punya backup full dari penerbit, yang notabene adalah grup perusahaannya juga . Deal-deal tersebut bisa saja tidak menguntungkan sehingga menggerus profit perusahaan. Tapi, ini hanya dugaan saja yang aku hubungkan dengan pengalamanku.
Keempat. Kemampuan bersaing
Profit dari toko buku GA tidak berasal dari penjualan buku saja. Ada juga produk lainnya, seperti alat tulis kantor (ATK), alat olahraga, alat musik, dan lain-lain. Tapi, coba cek harganya. Jauh lebih tinggi daripada toko lokal lainnya.
Dengan segala alasan kondisi ekonomi, masyarakat lebih menyadari akan pentingnya harga murah. Jelas toko buku GA tidak akan mampu bersaing dengan toko-toko lokal. Toko buku besar ini juga tidak semudah itu menyesuaikan harga agar bersaing. Penyebabnya karena investasi yang sudah terlanjur besar dan biaya yang tidak bisa lagi ditekan.
Kelima. Sempitnya ruang gerak
Harus diingat bahwa buku bukanlah komoditas grosir. Sebasah-basahnya lidah penjual buku, ia tidak bisa memaksa seseorang membeli buku lebih daripada kebutuhannya. Dengan begitu kuantitas pembelian berbanding lurus dengan jumlah konsumen.
Di kota-kota besar yang penduduknya banyak mungkin tidak masalah. Nasib sial hanya akan dialami oleh toko buku di pedalaman atau kota kecil seperti tempat kelahiranku.
Wasana Kata
Kelima hal ini mungkin tidak akan mewakili seluruh problema yang dialami oleh toko buku GA. Mungkin masih ada beberapa hal lagi yang terlalu "dalam" jika ingin diulik pada artikel ini.
Sekali lagi, opini ini hanya berdasarkan pengamatanku saja. Bisa saja tidak benar dan kenyataannya tidak demikian. Lagipula, sampai kini masih banyak toko buku lokal yang beredar di kota kelahiranku. Ah, mungkin aku hanya mengada-ada saja dan cari-cari pembenaran.
Namun, hal yang perlu diketahui adalah; Bahwa minat membaca buku masyarakat Indonesia belumlah pudar. Mungkin sebagian karena tidak lagi membeli buku secara offline. Mungkin juga karena kebiasaan yang sudah beralih ke media online. Jadi itu bukanlah penyebab utama kolapsnya bisnis toko buku.