Ya, wajahnya bukan manusia. Tapi, kerbau. Matanya berwarna merah laksana darah. Kulitnya hitam legam, dibalut dengan baju khas kerajaan jawa kuno.
Untungnya sosok itu tidak melakukan apa-apa. Ia juga tidak bersuara. Seolah-olah hanya ingin datang dan menampakkan dirinya di hadapanku. Setelah itu ia melongsor pergi tanpa pamit. Kembali menembus tembok tempat ia berasal tadi.
Entah berapa lama aku terpaku di kursiku. Aku tidak tahu berapa lama pengalaman menyeramkan itu kualami. Aku tidak ingat lagi, berapa lama kehadirannya. Yang aku tahu, sampai saat ini tubuhku masih merinding membayangkannya.
Pengalaman mistis yang aku alami itu benar-benar nyata. Setelah kepergian sosok itu, perlahan aku mulai merengkuh kesadaranku. Aku membaca doa perlindungan. Sesuatu yang sudah lama tidak pernah lagi kurapalkan. Membuatku tenang setelahnya.
Setelah cukup sadar, aku kembali meraih hapeku. Membaca percakapan yang masih ramai berseliweran di grup perpesanan BAKALAMA. Sudah cukup banyak chat yang belum aku baca. Ada sekitar 30-an.
Aku menggulir percakapan itu satu demi satu. Lalu, gerakan jariku terhenti pada baris paling bawah. Chat yang baru saja diposting. Dikirim oleh Waras.
Aku membacanya perlahan. Dan, sekali lagi aku merinding. Waras menuliskan pesan yang aneh;
"Selamat datang di Kawurungan, tempat ALAM BAKA berada. Dari Sahabatmu, ARWAH PENASARAN."
Aku tidak lagi memedulikan pertanyaan-pertanyaan dari kawan grup perpesanan sesudahnya. Itu karena aku sadar. Ada enigma pada tulisan terakhir dari si Waras.
Buru-buru aku mengambil pena dan selembar kertas. Membuat oret-oretan kecil, menuangkan teori, memecahkan teka-teki.
Dan, dugaanku benar. Mataku terbelalak.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!