"Ah, gila kamu." Chuang masih belum percaya dengan omongan Rusli.
"Tapi, aku sempat berbicara dengan kamu. Kamu justru tidak menolak saat aku panggil namamu. Kamu juga banyak bercerita tentang kejadian-kejadian yang kita alami bersama. Awalnya, aku tidak mau membocorkan hal ini, terkait privasi pelanggan. Tapi, barusan kamu justru cerita kalau kamu bertengkar dengan ibumu gegara soal pacar. Jujur, aku bingung, Bro"
Kali ini sudah bukan Chuang yang tidak mempercayai cerita Rusli. Tapi, justru teman-temannya yang berbalik arah.
"Artinya benar, kamu sudah punya pacar?" Hoey Beng mendelik ke arah Chuang. Ia terlihat tidak senang, karena salah satu kawannya juga akan mengakhiri masa jomlonya.
"Kagak lah. Yang datang ke toko si Rusli itu jelas kembaranku. Sama seperti yang kalian lihat kemarin." Chuang berlagak marah. Meskipun, ia juga terlihat sedikit gugup. Teman-temannya tidak mau begitu saja mempercayai sanggahan Chuang.
"Lalu, apa yang "Chuang" bilang ke kamu lagi, Rus. Dengan siapa ia akan menikah?" Uya melayangkan pertanyaan ke Rusli.
"Eh, si Chuang palsu itu bilang kalau sebentar lagi ia akan menikah dengan seorang wanita yang masih ia rahasiakan. Tapi...."
"Tapi, apa?" Chuang meninggikan suaranya. Mencoba mencari posisi aman agar ia tidak dicurigai oleh teman-temannya.
"Si Chuang palsu menyebut ciri-cirinya. Wajahnya agak jutek, rambutnya pendek, berjalan seperti bebek, dan saban pagi lewat di depan rumahmu, Chuang."
"Lha, siapa? Emang ada?" Willi berbalik bertanya kepada si Chuang yang terkesiap mendengar perkataan Rusli.
"Eh. Jelas tidak ada lah." Chuang berkata dengan tegas. Padahal, jauh di dalam lubuk hatinya, darah berdesir kencang. Ia tahu siapa wanita yang dimaksud Rusli. Siapa wanita dengan wajah jutek, rambut pendek, dan berjalan seperti bebek itu. Hanya dia satu-satunya dan tiada yang lain lagi. []