Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Chuang Bali Bab 1: Sahabat-sahabat Chuang Bali

28 April 2023   17:35 Diperbarui: 4 Oktober 2023   05:21 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Iya. Engkau memegang tanganku. Begitu erat, begitu mesra," pungkas Willi sambil menutup matanya.

"Jijay, ah." Semua orang yang hadir di sana kompak berseru lantang.

"Lha, sosok yang aku lihat versi perempuan Chuang. Emangnya kenape?" Willi tidak mau kalah. Chuang terdiam, meskipun bayangan wajah versi wanitanya muncul sekilas. Kulit yang lebih putih, bibir tebal berlipstik, dan hidung besar yang sudah jadi bangir. Tapi, Chuang buru-buru melenyapkan wajah itu dari lamunannya.

"Okelah, kalau begitu. Hal ini membuktikan bahwa di luar sana ada kembaranku. Bahasa kerennya adalah doppelgaengger." Chuang mencoba terlihat pintar dengan satu-satunya bahasa Jerman yang ia pahami, mengharapkan pertanyaan selanjutnya.

Semuanya diam, takada yang bersuara. Tapi, justru, Rusli yang bertanya. Perlu diketahui, di antara teman sebayanya, ialah yang paling memiliki nama yang normal. Rusli yang berselera "umum" dan Widjaja hanya untuk golongan "khusus." Perpaduan nama yang ideal bagi warga Tionghoa yang patuh terhadap Keppres 240/1967.

Rusli sering sekali mengalami diskriminasi. Tapi, bukan oleh siapa-siapa. Justru dari lingkar pertemanannya sendiri. Chuang, Hoey Beng, Uya, dan Willi menganggap jika Rusli bukan tipe manusia yang setia kawan.

Selain karena memiliki nama yang paling 'normal,' ia juga sudah beristri. Tidak jomlo lagi. Ditambah lagi, Rusli juga adalah orang Tionghoa yang masih 'murni'. Tidak sama seperti ketiga temannya, Rusli bukanlah Citato; Cina Tanpa Toko.

Rusli mewarisi toko kelontong dari kedua orangtuanya. Terletak di tengah pasar dan menjadi salah satu toko yang paling ramai di kawasannya.

Itulah mengapa jika teman-temannya menganggapnya lain sendiri. Atau lebih tepatnya iri. Rusli Widjaja adalah representase ideal dari warga keturunan Tionghoa di Indonesia.

"Teruskan, kamu melihat apa?" Chuang bertanya acuh tak acuh kepada Rusli.

"Kamu datang ke tokoku kemarin sore, Bro. Kamu beli pispot sangjit yang ada gambar burung hong-nya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun