Hewan-hewan ini dengan senang hati membantu. Kera mengumpulkan buah-buahan, berang-berang mempersembahkan ikan, dan anjing hutan membawakan seekor kadal.
Tapi, si kelinci tidak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya bisa memberikan rumput yang bukan makanan manusia.
Dalam kebingungan, si kelici berkata, "Aku tidak bisa memberikanmu apa-apa. Jadi, santaplah diriku." Sesaat sesudahya si Kelinci langsung menerjunkan diri ke dalam panci air mendidih.
Ajaib. Menakjubkan. Mencengangkan.
Si Kelinci tidak merasa kesakitan, tubuhnya tidak terluka. Itu karena setelahnya Kaisar Giok menampakkan wujud aslinya. Ia sangat tersentuh dengan pengorbanan si Kelinci. Maka diutuslah hewan tersebut ke bulan dengan tugas khusus. Meramu ramuan abadi.
Si Kelinci juga mendapatkan gelar terhormat. Giok yang berasal dari nama Kaisar Langit, "Yi Huan Da Die." Terjemahannya: Kaisar Giok.
Dengan demikian saudara-saudari.
Kelinci dalam mitologi Tiongkok Kuno bukan hanya hewan imut yang lembut. Ia juga mewakili sebuah filosofi. Tentang ketulusan, bakti, dan rela berkorban. Dan mungkin itulah mengapa ia tinggal di bulan.
Sebabnya ia tidak peduli lagi dengan keadaan di bumi yang masih dipenuhi dengan keserakahan, kebencian, dan kemunafikan.
Lihatlah ke atas sana. Saat bulan bersinar di malam hari. Kelinci Giok senantiasa berada di sana untuk memberikan kita pelajaran. Mengingatkan kita bahwa budi baik akan selalu mendapatkan tempat yang terhormat.
Marilah kita sambut kehadiran tahun Kelinci Air dengan mengambil hikmah dari kisah legenda si Kelinci Giok.
**
Acek Rudy for Kompasiana