Namun, ada sebuah kesalahan kecil dalam surat tersebut. Gordon salah menuliskan nama marganya. Lantas tabloid The Sun menerbitkan sebuah artikel kritik atas kecerobohan sang Perdana Menteri yang melakukan kesalahan. Sayangnya, dalam artikel pedas itu, The Sun pun salah menulis marganya juga. Alhasil, tabloid besar itu terpaksa mengeluarkan surat permintaan maaf.
**
Jadi memang benar, sebuah kesalahan hanya akan melahirkan kesalahan lainnya. Tidak heran jika kesalahan itu menular. Dan yang lebih berbahaya lagi, kesalahan itu akan selalu muncul, bahkan jika Anda berusaha untuk mencegahnya.
Saya tidak melebih-lebihkan pernyataan bahwa Murphy's Law layaknya sebuah kutukan bagi umat manusia. Ia akan selalu ada dalam hidup ini dan menghantui semua orang.
Tidak sepatutnya benar juga sih.
Untuk membuktikannya, marilah kita kembali kepada kasus (1). Dalam hal tersebut, Murphy's Law tidak akan bermanifestasi jika ada salah satu dari tiga kondisi ini terjadi;
Pertama. Anda membawa payung dan hujan turun.
Kedua. Anda tidak membawa payung dan cuaca cerah.
Ketiga. Anda tidak peduli, apakah cuaca akan gelap atau terang. Anda tidak akan kebingungan untuk membawa payung atau tidak. Dengan menghadapi kenyataa dan tidak menyesalinya maka Murphy's Law tidak akan menghantuimu.
Abaikan kasus pertama dan kedua, karena itu memerlukan keberuntungan. Tidak membawa payung di saat tepat, dan membawa payung saat dibutuhkan, bukanlah solusi untuk mencegah kutukan Murphy's Law.
Mari kita berfokus kepada skenario ketiga saja. Murphy's Law tidak akan menjadi kutukan bilamana;
Tidak melihat kesalahan masa lalu sebagai sebuah hal yang perlu disesali.
Tidak khwatir akan masa depan yang belum tentu terjadi.
Tidak melakukan perbandingan diri dengan orang lain.
Dan yang terpenting adalah:
Selalu sadar setiap saat bahwa hidup adalah pada saat ini. Tidak perlu kembali ke masa lalu atau berkelana ke masa depan.
Bentuk persepsi bahwa segala kejadian sebagaimana apa adanya. Tidak terjebak oleh asumsi yang belum tentu benar atau salah.
Hadapi kenyataan, bukan mengabaikannya. Dan kenyataan itu adalah ketidakkekalan.
Dan selalu menerima kenyataan bahwa:
Bahwa baik dan buruk memiliki porsi yang sama besarnya di dunia ini.
Bahwa benar atau salah adalah berbeda dalam setiap situasi.
Bahwa suka dan duka adalah fenomena yang datang silih berganti.
**