Di lain kesempatan, langit cerah tak berbekas. Payung bukanlah sesuatu yang penting. Akan tetapi, baru setengah perjalanan, hujan turun tanpa permisi. Perjalanan terhalang, Anda terjerembab dalam penyesalan.
Kedua contoh di atas memberikan gambaran bagaimana Murphys' Law bisa mempermainkan kehidupan kita. Jika sedari awal kita sudah menyadari adanya potensi kesalahan, maka kesalahan itu akan muncul.
(2)
Saya teringat pernyataan seorang sahabat. Kebetulan, ia adalah jenis perfeksionis akut. Sangat menjaga nama baiknya. Selalu ingin tampil sempurna, tanpa kesalahan.
Hingga suatu hari ia protes, "bagaimana pun baiknya diriku bersikap, selalu saja ada yang salah menurut orang."
Saya membalasnya, "kamu akan selalu tampil salah."
"Mengapa?"
"Alasannya sederhana, kesalahanmu lebih mudah terlihat daripada kebaikanmu."
Awalnya ia tidak terima. Lalu kemudian tersadar dengan pernyataan pamungkasku berikut ini, "Untuk menjadi sempurna, kamu pun membandingkan kebaikanmu dengan keburukan orang lain. Bukankah demikian?"
"Begitu pula orang lain dalam menilaimu."
Lihatlah. Bahkan jika Anda berpikir tentang kesalahan apa yang tidak seharusnya diperbuat, maka kesalahan itu akan muncul. Bahkan, semakin Anda takut pada kesalahan, semakin mungkin kesalahan yang sama akan muncul.
(3)
Ada sebuah kisah nyata yang saya kutip dari Wikipedia.  Pada 2009 silam, Perdana Menteri Inggris saat itu, Gordon Brown menulis sebuah surat belasungkawa kepada sebuah keluarga yang anaknya gugur di Afghanistan.