"Brengsek! Brengsek!!!" Sonya marah tapi mencoba menahan suaranya.
"Kasus itu, Cin... Yang waktu dia paksa aku ke hotel."
"Ha... ditulis juga?" Cindy terkejut.
Sesaat kemudian, giliran Paul yang menyelutuk. "Ya, gila nih si bos... Masa dia bilang kalau gue pecundang, ngandalin otot doang."
Cindy masih diliputi rasa heran. Belum lagi hilang rasa kagetnya, Tino melemparkan buku yang ia pegang ke arah tembok. "Brengsek, ternyata si Setan itu biang keladinya. Beran-beraninya dia ngakuuuu..."
Ayah si Tino adalah mantan partner Ivan di perusahaan. Tapi, sekarang ia berada di penjara karena dituduh membunuh orang. Sekarang Tino tahu, karena buku itu mengisahkan semuanya dengan gamblang. Semuanya sudah diskenariokan oleh Ivan.
"Brengsekkkk...." Teriak Tino sekali lagi sebelum ia pergi meninggalkan kantor. Suasana masih hening, semua yang berada di ruangan itu terdiam, sibuk membaca buku biografi si Ivan.
Cindy yang semakin penasaran langsung membuka bab terakhir. Penasaran apa yang akan dikisahkan lagi. Halaman 277, Bab Penutup.
"[...] ... Setelah kematian Ivan, istrinya tidak bisa lagi memercayai siapa-siapa. Akhirnya ia pun memutuskan mengangkat Cindy, sekretarisnya menjadi Direktur Utama. Menggantikan posisi suaminya yang mati terbunuh. Cindy adalah orang yang paling dipercayai oleh keluarga almarhum Ivan Sostrowijoyo... [...]."
Mata Cindy terbelalak, "Ivan mati dibunuh?" Buku itu sudah tidak mirip biografi lagi, lebih kepada cerita fiksi. "Apakah memang maunya bos seperti itu?"
Cindy teringat dengan karya Daeng Khrisna Pabichara. Novel Sepatu Dahlan yang dibuat berdasarkan kisah hidup Dahlan Iskan. Tapi, buku Gali Lubang Tutup Lubang ini berakhir sadis. Benar-benar di luar nalar.