Adapun sumber responden dari polling ini, 50% berasal dari Eropa. Amerika Utara dan Asia dengan masing-masing sebesar 15%. Lalu, Amerika Selatan sekitar 10%, sisanya berasal dari Australia, New Zealand, dan Sebagian Afrika.
Pertanyaan yang cukup menggelitik, apakah hasil polling mewakili hasil akhir? Rasanya sih tidak mungkin, tetapi ini bukan kali pertama Reuters melakukannya. Pada Piala Dunia 2010 silam, hasil polling menunjukkan keakuratannya, Spanyol juara.
Bukankah sekilas terlihat seperti survei elektabilitas Pilpres?
Tapi yang masih membingungkan, adakah relevansi antara popularitas dengan juara? Mungkin juga ada ya, sebabnya demikian;
Berdasarkan Pengalaman
Responden tentu tidak membuat pilihan serampangan. Apalagi ini adalah para pakar analisis. Sebagai contoh, Brazil menjadi juara karena dinilai memiliki kedalaman variasi dalam menyerang. Duo Neymar dan Vinicius Jr yang menjadi alasan. Lini tengah juga tidak kalah berbahaya dengan kehadiran Casemiro dan Silva. Apalagi dua kiper Brazil juga sedang naik daun. Ada Ederson yang bermain untuk Manchester City dan Alisson di Liverpool.
Berdasarkan Kenyataan
Saat ini Brazil menduduki peringkat pertama FIFA. Hasil Elo Rating juga menunjukkan hal yang sama. Secara probabilitas, tim terkuat tentu memiliki peluang lebih besar. Akan tetapi seperti kata pepatah, bola itu bundar. Tidak semuanya yang terbaik mampu memenangi pertandingan, terkadang harus mengandalkan faktor keberuntungan juga. Kendati demikian, melihat latar belakang responden yang merupakan sosok ilmuwan, statistik tetap menjadi andalan.
Berdasarkan Doa
Yang terakhir, jangan remehkan kekuatan doa. Tentu saja para pakar tidak mau kehilangan muka. Mereka mengharapkan pilihannya yang tepat. Ini persoalan reputasi. Dalam aturan umum, mereka yang paling banyak didoakan seharusnya memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk keluar sebagai pemenang.
Bukankah begitu?