Ada yang menarik pada perhelatan Piala Dunia 2022 ini. Tiga negara Asia masuk ke dalam babak 16 besar. Selain Australia yang sudah tersingkir, masih tersisa Korea Selatan dan Jepang.
Lolosnya kedua negara ini mengingatkan kita pada edisi 2002. Pada saat itu, Jepang dan Korsel sama-sama menembus 16 besar.
Piala Dunia edisi ke-17 tersebut menorehkan dua sejarah baru. Yang pertama, sebagai tempat pertama benua Asia menjadi tuan rumah. Dan yang kedua, diselenggarakan oleh dua negara sekaligus, Korea dan Jepang.
Lalu mengapa di Korea Selatan dan Jepang? Dan mengapa harus kongsi berdua?
Semuanya dimulai pada saat Piala Dunia 1986 barusan selesai. Presiden FIFA saat itu, Joao Havelange berujar, ada bagusnya jika suatu saat nanti Piala Dunia digelar di benua Asia.
Gayung bersambut, Jepang pun mengajukan diri. Korsel juga tidak mau kalah, ingin menjadi yang pertama mencetak sejarah.
Konflik pun dimulai...
Tentu saja keputusan tidak boleh dibuat serampangan, harus ada alasan negara mana yang lebih siap dan lebih pantas. Jepang yang pada saat itu sedang berjaya beralasan bahwa mereka lebih hebat di mutu. Infrastruktur dan teknologi plus ekonomi negara yang pesat berkembang. Sekitar 10% dari Forbes 100 diisi oleh pengusaha negaranya.
Korsel tidak mau kalah. Mereka mengejek Jepang sebagai negara yang tidak tahu bermain bola. Baru pada 1993 punya liga professional dan tidak pernah lolos Piala Dunia. Torehan Korsel pada saat itu lebih baik. Menjadi negara Asia yang paling banyak mengikuti perhelatan empat tahun sekali ini.
Jepang pun membalas, "Lihatlah Amerika Serikat!. Menjadi tuan rumah 1994 setelah 40 tahun absen di Piala Dunia. Mengapa Jepang tidak boleh?"
Korsel pun mengeluarkan jurus baru. Mendorong perdamaian dunia yang pada saat itu sedang viral. "Kami akan mengajak Korea Utara turut serta," demikian mereka berseru.
Jepang geleng-geleng kepala dan membalas, "jika negara Kim itu ikut serta, Piala Dunia akan menjadi ajang Perang Dunia." Jepang kembali mengumbar tentang kondisi keamanan di negara mereka, "Piala Toyota buktinya."
"Bagaimana dengan sekte sesat Aum Shrinkiyo yang pada 1995 menebar gas sianida di stasiun kereta api?" Korea membalas tuduhan Jepang. Itu belum termasuk potensi gempa bumi dan tsunami. Sungguh mengerikan.
Setelah saling menyerang, FIFA mengeluarkan keputusannya pada 6 November 1996. Kedua negara ini akan menjadi host bersama Piala Dunia 2002.
Bukannya beres, bibit-bibit pertikaian tidak bisa lenyap begitu saja. Konflik masih berlangsung dengan urusan nama. World Cup Japan-Korea, atau World Cup Korea-Japan.
Dua-duanya tidak mau mengalah. FIFA memutuskan jika Japan akan berada di depan. FIFA beralasan itu sesuai abjad. Huruf (J) lebih dulu daripada huruf (K). Tapi, Korsel ogah menjadi nomor dua.
"Bagaimana dengan Federation Internationale de Football Association?" Korsel kembali bertanya? Itu adalah kepanjangan dari nama FIFA. Berasal dari bahasa Prancis.
Di Prancis Japan disebut "Japon." Sementara Korea adalah "Coree". Huruf C lebih dulu dari huruf J.
Polemik masih berlangsung, demonstran pun turun tangan. Di luar kedutaan Jepang di Seoul, para penggila bola protes. Jepang harus dicabut haknya sebagai tuan rumah, kecuali tulisan Korea berada di depan.
Akhirnya menanglah Korea. Entah apa alasan FIFA. Mengutamakan bahasa Prancis, atau karena Jepang mengalah, takut kena demo.
Serba-serbi Piala Dunia 2002
Dua puluh tahun telah berlalu, Qatar yang notebene berada di benua Asia kembali menjadi tuan rumah. Meskipun berada pada zaman yang berbeda, banyak faktor kesamaan yang terjadi. Tahun 2002 dan 2022 saja dianggap memiliki kemiripan. Mungkin lebih tepat jika dianggap cocokologi. Tapi, tetap menarik untuk disimak.
Babak 16 Besar
Pada 2002, Jepang dan Korsel sama-sama menembus babak 16 besar. Bedanya, pada saat itu kedua negara ini sama-sama menjadi pemuncak grup.Â
Korsel tampil garang. Setelah mengalahkan Portugal di babak penyisihan, mereka kembali menggasak Itali pada babak 16 besar dan masuk ke semifinal setelah menumbangkan Spanyol. Langkah mereka baru terhenti oleh kekuatan Jerman. Mereka juga gagal menempati urutan ke-tiga setelah dikalahkan Turki.
Jepang juga lolos. Mengalahkan Rusia dan Tunisia, serta menahan imbang Belgia. Tapi, langkah Jepang harus terhenti di babak 16 besar setelah dikalahkan Turki dengan skor 1-0.
Jepang menorehkan sejarah baru, lolos babak penyisihan dengan juara grup. Kisah Korsel bak legenda Cinderella, akan terus dikenang sepanjang masa. Kendati demikian, adalah Brazil yang berpesta pora.
Mereka berhasil menjadi juara yang ke-lima, setelah sebelumnya menjadi pemenang pada edisi 1958, 1962, 1970, dan 1994. Di partai puncak mereka berhasil mengalahkan Jerman yang kala itu sama-sama diunggulkan.
Sejarah Berulang Kembali
Dua puluh tahun berlalu, perhelatan piala dunia kembali ke Asia. Dan sepertinya sih, kali ini Brazil juga yang akan jadi kampiun. Jika mengikuti statistik empiris, seharusnya hanya salah satu dari Jepang atau Korsel yang akan menembus semi final. Peluang lebih besar dimenangkan oleh Jepang, karena Korsel harus berhadapan dengan Brazil di babak 16 besar.
Prediksi saya, Jepang akan masuk ke semifinal setelah mengalahkan Kroasia dan Portugal, lalu kalah oleh Belanda. Di partai puncak, tim Samba ini akan bertemu dengan Belanda dan menjadi juara.
Mengapa demikian?
Sekali lagi hanyalah prediski cocokologi, tidak berdasarkan hitungan angka atau bisik-bisik ghoib. Tapi, siapa tahu saja benar, Acek Rudy terkenal dah...
**
Acek Rudy for Kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H