Politik di China tidak berprinsip winner takes it all, alias permainan zero-sum. Dinamika yang terjad adalah bagaimana kekuasaan saling berbagi. Bukan tentang jatah, tetapi the right man at the right place. Siapa yang lebih berkompeten, itulah yang akan mengurus.
Selain itu, ada juga rumor yang beredar bahwa Geng Shanghai dan CCYL telah berkompromi. Jabatan tertinggi harus dipangku bergilir. Setelah masa Jiang dari Geng Shanghai, Hu dari aliansi CCYL, kembali lagi ke Xi dari Geng Shanghai. Sehingga pucuk pimpinan tertinggi berikutnya, seharusnya berasal dari CCYL. Tapi, dengan terpilihnya Xi untuk periode kali ketiga, bisa saja kompromi politik ini akan ternodai.
Apakah aksi demo lockdown covid yang terjadi di China sejak Senin 28/11/2022 lalu menandakan bahwa kedua fraksi ini sudah mulai tidak akur? Entahlah, tetapi yang pasti Jiang menjabat setelah peristiwa Tianmen berakhir. Dan bisa saja kepergiannya akan menandai munculnya tragedi Tiananmen jilid kedua. Wallahu a'lam.
**
Acek Rudy for Kompasiana Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H