Banyak...
Saya bisa menelpon staf di kantor, tanpa harus capek mecari telpon umum. Saya bisa mengupdate berita terkini, tanpa perlu membeli koran. Saya bisa mengabarkan keberadaanku dimana saja, kapan saja, cukup dengan mengetik "otw."
Di waktu senggang, saya bahkan boleh berselancar menyapa teman-teman yang sedang berada di Singapura. Saya bahkan bisa bercengkrama dengan teman-teman sekolah, tanpa harus menunggu reuni.
Jadi, memang zaman telah berubah. Keberadaan gawai pintar adalah bagian dari kehidupan sosial. Itu adalah kemewahan, kenapa harus ditolak?
Lamunanku buyar saat diriku baru sadar, percakapan dengan si shohib belum juga selesai. Saya melirik ke samping. Pandangan matanya masih tertuju pada gawai. Tampilan Instagram berada di sana, wajahnya tersenyum kecil. Menanda betapa bahagianya dirinya. Sebahagia 210 juta pengguna internet di Indonesia. Selama (rata-rata) 8 jam 36 menit per hari.
Pada saat itulah, aku baru sadar. Perkembangan teknologi telah memberikan kemewahan baru, tetapi pada saat yang sama, ia juga melenyapkan kemuliaan yang lama. Interaksi antar manusia yang dulunya begitu elok terasa, kini sudah menjadi barang langka.
Kami pun tiba sampai di tujuan...
Menunggu sekitar 30 menit di lokasi. Tanpa kepastian, namun tetap penuh harapan dan kepercayaan atas sebuah pesan yang masuk. "Saya lagi Otw..."
**
Acek Rudy for Kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H